Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kilah Keluh Tulang yang Paling Sering Kita Lupakan

7 Juli 2020   19:47 Diperbarui: 7 Juli 2020   19:57 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alissa Eckert, Dan Higgins/Kompas.com

Kepalaku kembali dirubungi tanda tanya. Seperti biasa, kamu selalu tahu alur galauku. "Apa sebab nama penderita disembunyikan?" Aku menggeleng. Kamu meringis, "Mereka bukan terdakwa yang mesti dibentengi dengan praduga tak bersalah. Mungkin saja mereka pernah menekan tombol lift yang setengah jam kemudian kita tekan."

Aku senang kamu selalu tahu alir gundahku. Di batok kepalaku, Puisi meronta. Tidak, aku tidak mau berkata apa-apa. Setahuku, kadang ada saja lembaga negara yang tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan atau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Tidak sedikit pula pejabat negara yang kehabisan tulang air mata. 

Tiba-tiba puisi keluar dari persembunyian. Ia merunguk sambil meracau: tulang air mata!

(Hingga puisi ini selesai, kita masih diterungku kecemasan di rumah. Tujuh ratusan warga Indonesia sedang bertarung melawan korona. Ratusan juta warga Indonesia berperang melawan bingung. Maka Puisi ikut berduka: biarkan tulang air mata terus bekerja.)

Ronggacemas, 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun