Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fadli Zon, Peluru Tajam, dan Provokasi

23 Mei 2019   22:10 Diperbarui: 24 Mei 2019   01:30 3720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon dan Neno Warisman. | Foto: kumparan

Foto: Istimewa/Akun Twitter @fadlizon
Foto: Istimewa/Akun Twitter @fadlizon
Politikus yang gemar menganggit puisi ini dengan enteng menyatakan "diduga ada peluru tajam". Memang ada kata "diduga" dalam cuitannya, tetapi kata itu dapat meletikkan api yang mulai redup. Provokasi jelas tersurat lewat "peluru tajam". Jika rakyat malas menimbang, seketika kalap dan menuduh polisi asal-asalan memakai pelor.

Sebenarnya tidak aneh karena Fadli kerap mencuitkan pernyataan serupa. Padahal selaku mitra pemerintah, Fadli bisa menggunakan DPR untuk mengundang Kapolri. Gelar dengar pendapat. Selaku bagian dari petinggi negara, mestinya Fadli bermain di ranah konstitusi alih-alih di tanah merah membara.

Hal serupa tampak pada kampanye "pilpres curang". Jika ingin berlaku arif selaku wakil rakyat, Fadli bisa menginisiasi rekan kerjanya di DPR untuk memanggil KPU dan Bawaslu. Bukan malah menyindir peranti komputer di KPU dan sindirannya salah data pula.

Provokasi terbaru berupa dugaan peluru tajam juga menuai kecaman dan cemoohan. Capek-capek mengetwit, malahan dicerca warganet. Bukan apa-apa, Fadli kedodoran membedakan antara peluru karet, hampa, dan tajam. Netizen pun tertawa. Malu jadinya, kan? 

Terakhir, Fadli seyogianya mengimbau koleganya di kalangan elite BPN agar berhenti memprovokasi. Kalau bisa, berhenti membawa-bawa rakyat dan agama. Patut dicamkan, pemilih Pak Jokowi juga rakyat Indonesia yang beragama.

Jadi, yang mesti diseru Fadli agar berhenti memprovokasi adalah elite BPN. Bukan rakyat. Tiada beda dengan menyuruh orang membeli cermin supaya rajin berkaca. Ya, ambil cermin dan lihat siapa yang selama ini getol dan gatal memprovokasi. 

Percayalah: Sia-sia menyuruh rakyat berhenti menari selama elite terus menabuh gendang. [khrisna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun