Pernyataan curang dari Ibu Titiek maupun koleganya, jika kita mau keluar dari gua dungu, sesungguhnya merupakan bensin yang ditumpahkan ke bara api. Biar rakyat tersulut, biar rakyat turun ke jalan. Turun ke jalan atas nama kedaulatan rakyat, melawan kecurangan, dan agama. Lalu bertakbir acapkali ada yang berorasi.Â
Ibu Titiek, juga konco-konconya, pasti ikut turun. Apa susahnya panas-panasan sehari demi singgasana lima tahun. Sementara rakyat kebagian panas matahari, tenggorokan kering perut melilit, malah terancam batal ibadah puasanya, dan pulang dengan selamat jikalau demonstrasi tidak rusuh.
Apa yang akan kita lakukan sebagai rakyat? Andai kata saya rakyat Kertanegara pun, saya ogah ikut-ikutan unjuk rasa. Mending di rumah menunggu beduk Magrib tiba. [khrisna]