Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Patung Dewa Hermes dan Otak Sangek

17 April 2019   01:28 Diperbarui: 19 April 2019   01:20 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Dewa Hermes di Harmoni | Foto: detiktravel/Kurnia

Patung Dewa Hermes masih di mulut jembatan Harmoni. Posisinya tidak berubah. Akan tetapi, tongkat berlilit sepasang ular sudah raib di tangan kirinya. 

Konon, ada maling yang sangat kesengsem pada tongkat itu.

Selain itu, patung Dewa Pengunjuk Arah bagi Para Pengelana itu sudah tidak asli. Patung yang ada sekarang merupakan tiruan. Palsu. Namun demi etika, disebutlah sebagai replika. Pemerintah DKI Jakarta tidak mau kecolongan. Cukuplah tongkat yang digondol maling, selebihnya harus dipertahankan.

Atas pertimbangan keamanan, Pemerintah DKI Jakarta membangun replika. Bukan apa-apa. Kandungan sejarah yang menyertai sang patung memicu air liur kolektor benda antik dan bersejarah. Syahdan, ada kolektor dari Singapura yang berani membeli patung tersebut seharga satu miliar rupiah.

Ke mana patung yang asli? Patung bersejarah itu kini menjadi penjaga pintu belakang Museum Sejarah Jakarta (dulu Gedung Balaikota Batavia). Dewa Hermes tegak di tengah taman.

Takut Ada yang Sangek Berahi Melihat Patung Bugil

Sungguh tiada terduga, patung Dewa Hermes pada Senin (15/4/2019) sudah tidak telanjang. 

Ada pihak yang iba pada si patung. Mungkin ngeri kalau-kalau si patung ngaceng dan meneror warga, mungkin waswas kalau-kalau ada yang ngebet pada patung bugil. Pihak yang jatuh iba itu sudah melilitkan jarik atau kain di pinggang patung.

Upaya pihak yang beriba hati itu sungguh terobosan yang luar biasa. Bagaimanapun, Jakarta harus menjadi teladan dalam urusan menjaga sopan santun di ruang terbuka. Alangkah naif apabila sebuah patung telanjang terang-terangan berdiri tegak di muka publik. Itu tidak boleh dibiarkan, maka dikenakanlah kain di pinggang Sang Dewa Hermes.

Pada sisi lain, orang yang iba itu barangkali kasihan kepada Dewa Hermes. Pihak tersebut mungkin takut ada insan lemah iman yang sangek gara-gara melihat patung bugil, lalu tidak dapat mengerem laju hasrat, lalu menggerayangi patung Dewa Hermes. Pada sisi ini, pihak tersebut patut dihadiahi kata "wow"!

Etika memang harus dirawat dan dijaga. Tidak boleh ada lagi patung telanjang di ruang terbuka yang gampang dilihat orang. Meski patung benda mati, tetapi bisa saja memacu berahi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun