Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bukan Salah Pak Jokowi

14 April 2019   10:45 Diperbarui: 14 April 2019   11:17 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Capres-Cawapres 01 | Foto: Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado

Seruan Pak Prabowo jelas dan lantang. Secara terang-terangan beliau mengatakan "itu bukan kesalahan Bapak" kepada lawan debatnya. 

Kalimat itu dikoarkan secara gamblang semalam pada sesi kedua debat terakhir. Beliau menyatakan bahwa semua kekeliruan dalam tata kelola negara bukan kesalahan Pak Jokowi, melainkan kesalahan presiden-presiden sebelumnya. Singkat kata: kesalahan Pak SBY, Ibu Mega, Gus Dur, Pak Habibie, Pak Harto, dan Bung Karno. 

Apakah seruan itu didengarkan oleh pendukung beliau? Mestinya didengarkan, dicamkan, dan ditanam di dalam benak. Pihak pertama yang harus duluan takzim dan hormat kepada Pak Prabowo ialah pendukung beliau. Bagaimanapun, junjungan yang selama ini mereka bela mati-matian sudah memastikan bahwa Pak Jokowi tidak bersalah apa-apa.

Tidak ada yang buram dari pernyataan Pak Prabowo. Jika terdapat kekeliruan tata kelola negara, sehingga kekayaan negara dikuasai oleh 1% elite--termasuk Pak Prabowo dan Pak Sandi, itu bukan salah Pak Jokowi. Jika terjadi ketimpangan lantaran salah mengelola negara, itu kesalahan para presiden sebelum Pak Jokowi.

Apakah Pak Prabowo keseleo lidah atau salah bicara? Bagi saya, tidak salah. Beliau berhak menyatakan semua hal yang ingin beliau nyatakan. Sungguhpun pada satu sisi laksana "menikam teman sendiri", beliau bebas mengatakan segala perkara yang mau beliau katakan. Jadi esensinya bukan pada salah-benar semata, melainkan pada kesanggupan pendukung mematuhi seruan Pak Prabowo.

Seorang pelatih sepak bola mengurusi pernak-pernik latihan, meracik sisik-melik strategi, menakar seluk-beluk taktik, dan pada akhirnya hanya boleh berteriak-teriak di tepi lapangan. Pelatih, sehebat apa pun, pasti ditegur oleh inspektur pertandingan apabila ia melewati batas yang boleh ia injak. 

Tim kampanye Pak Prabowo, termasuk yang merancang tampilan beliau selama debat berlangsung, tidak punya kuasa apa-apa. Hanya bisa menyimak dan menggerundel kalau Pak Prabowo keceplosan. Sebatas itu wewenang tim kampanye. Perihal yang terjadi di panggung debat, mutlak berada dalam kuasa para calon. 

Jadi, jelaslah sekarang situasinya. Jangan salahkan Pak Jokowi. Bahkan jangan terlalu antipati pada pihak asing, terutama kaum aseng. Kenapa? Pak Prabowo sendiri yang mengimbau kita untuk becermin dan belajar pada kemampuan Tiongkok dalam mengentas kemiskinan. Pendukung beliau setengah mati memusuhi aseng, Pak Prabowo malah menyuruh kita supaya tidak malu-malu berguru kepada Tiongkok. Jadi, patutlah pendukung Pak Prabowo menghentikan tudingan "Pak Jokowi antek asing".

Meski begitu, ada sedikit perkara yang cukup janggal dan mengganjal. Menurut Pak Prabowo, Tiongkok sukses menghapus kemiskinan hanya dalam kurun 40 tahun. Jangankan Pak Jokowi yang baru 4,5 tahun, Pak Harto saja yang memimpin RI selama 32 gagal mengayakan rakyat Indonesia. Kalau mengayakan kroni, Pak Harto jagonya. O ya, Pak Harto adalah mantan mertua Pak Prabowo. Pak Harto termasuk salah satu mantan presiden yang disalah-salahkan oleh Pak Prabowo.

Itu bukan kesalahan Pak Jokowi. Ungkapan tulus dari dasar sanubari itu dapat juga dilihat sebagai pengakuan Pak Prabowo atas kiprah Pak Jokowi. Tidak ada yang keliru dari kalimat itu, kecuali bagi pihak pendukung Pak Prabowo. Tabiat keras yang selama ini terpancar dari aura Pak Prabowo sontak sirna akibat pengakuan tersebut. Ternyata beliau punya sisi lembut karena legawa mengakui keunggulan lawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun