Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mestinya Sembilan Kata Ini Masuk KBBI

16 Desember 2018   01:13 Diperbarui: 16 Desember 2018   15:58 3447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengeja kata ini ketika membaca sebuah naskah lontarak bilang. Naskah itu disodorkan oleh Bapak Ilyas Mattewakkang, mantan Bupati Jeneponto (Sulawesi Selatan). Beliau juga putra Mattewakkang Kr. Raja, raja terakhir Kerajaan Binamu.

Kedua, baricalla. Dalam bahasa Indonesia, baricalla berarti "suka mencela". Mirip pencemeeh atau pencemooh, hanya saja baricalla merujuk pada "mencela akibat berbeda pandangan, kecewa karena sesuatu hal, atau tersakiti".

Cakupan pemakaian kata baricalla lebih luas dibanding pencemeeh. Jika ada orang yang mengejek mantannya gara-gara diputuskan begitu saja, sehingga apa saja yang berkaitan dengan si mantan akan dicela, itulah baricalla. Pendek kata, apa saja dicela.

Dalam gonjang-ganjing politik menjelang Pilpres 2019, jemaah baricalla banyak sekali. Akibat beda pilihan, semua dari kubu lawan akan dicela habis-habisan. Seolah-olah kubu lawan tidak punya secuil pun kebaikan. Maklum saja, namanya juga juru cela.

Saya memakai kata ini sebagai judul novel, Barichalla. Mengapa pakai 'ch' padahal konsonan ganda /ch/ tidak dikenal dalam bahasa Indonesia? Tenang. Tidak usah ngegas atau nyolot. Nama saya juga pakai /ch/, kok. Pabichara.

Khusus untuk arti nama saya, jangan disangka maknanya "tukang bicara" atau "jago ngomong". Nama saya dicomot dari sebuah jabatan strategis di kerajaan-kerajaan Makassar. Kalau digiring ke masa sekarang, artinya setara dengan diplomat. Keren, kan?

Ketiga, benro. Kondisi saat kita sangat takut gagal, seperti takut tidak lulus tes atau acara yang akan digelar akan berjalan tidak lancar. Perasaan ini biasanya disertai rasa cemas berlebihan, gugup tak tertahankan, nafsu makan hilang, dan susah tidur hingga "sesuatu yang ditakuti itu" berlalu. Kata ini berasal dari bahasa Makassar kuno.

Selain itu, benro juga pas bagi orang yang merasa cemas tidak bisa membahagiakan orang yang mencintainya. Arkian, cemas lantaran ketakutan pada sesuatu yang belum terjadi tepat pula disebut benro. Misalnya, perasaan ketua panitia sebuah kegiatan yang susah tidur sampai pagi tiba.

Sebenarnya benro agak mirip dengan perasaan saat jatuh cinta: pipi berasa hangat hanya karena melihat orang tercinta di kejauhan; senang sampai jantung berdentum-dentum hanya karena orang tercinta berdiri di dekat kita; atau didera cemas ketika berhari-hari tidak melihat si pepuja hati.

Jika kamu mengalami kecemasan sampai-sampai lunglai tanpa juntrungan, itulah benro.

Keempat, genra. Kata ini cocok bagi mereka yang doyan mempertengkarkan sesuatu yang tidak perlu, semisal mengapa semut selalu berciuman pada saat berpapasan atau kenapa ular meninggalkan kerosong (kulit yang sudah diganti). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun