Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Kata Sambung yang Tertukar

30 Oktober 2018   12:44 Diperbarui: 30 Oktober 2018   23:11 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Barusan Kana curhat lewat WA. Katanya kamu terlalu datar, dingin, dan hambar. Katanya kamu cuma romantis di dalam kata-kata. Bagaimana pun juga, kalian sahabat terdekatku. Aku tak mau hubungan kalian retak.

Sabda menepuk jidat. Sungguh, ia sama sekali tidak menduga Kana akan menceritakan isi hati kepada Sam. Memang Sam merupakan sahabat terdekatnya, juga sahabat Kana, tetapi mestinya Kana curhat kepadanya. Bukan kepada lelaki lain, sedekat apa pun Kana dengan lelaki itu. Namun, bukan itu saja yang mengacaukan pikiran Sabda.

Aku memang datar, dingin, dan hambar sejak lahir. Kamu tahu itu. Tetapi, kamu punya tiga kesalahan yang harus kamu perbaiki. Pertama, penulisan bagaimana dan pun digabung. Tidak dipisah. Kedua, kalau sudah memakai bagaimanapun, tidak usah ditambah juga. Kata pun semakna dengan juga. Ketiga, sebaiknya hindari penggunaan kata barusan. Kata yang tepat adalah baru saja.

Tidak ada balasan dari Sam, padahal ia masih aktif di WA.

Alih-alih membahas sikapnya yang dingin, hambar, dan datar, Sabda mengulas penulisan bagaimanapun dan kesalahan menyertakan kata 'juga' setelah kata bagaimanapun, dan barusan. Ia yakin, Sam pasti menggerunyam. Lelaki dari pesisir Bunaken itu pasti dongkol membaca jawabannya. Sambil tersenyum-senyum ia masuk ke rumah dan melongok ke kamar Sam. Tetapi kamar temannya kosong. Ruang tamu juga kosong. Ternyata Sam sedang di dapur menyeduh kopi.

Begitu melihat Sabda, Sam bersungut-sungut. "Jawaban berengsek!"

"Maafkan aku, Sam," tutur Sabda dengan suara direndahkan supaya Sam tidak merasa tersinggung atau marah. "Aku tidak boleh membiarkan perkara semacam ini kembali terjadi. Di masa remaja, sewaktu masih di kampung halaman, ayahku sering mengajariku soal tata cara mengelola perselisihan batin antara dua orang yang mengaku saling cinta. Kata ayah, jangan sekali-kali bertengkar dengan orang yang kamu cintai di ruang yang dapat didengar atau dilihat oleh orang lain."

Sabda berhenti sejenak, menghela napas, dan kembali berkata, "Kana harus tahu, Sam, tidak semua rahasia hati harus diketahui lidah. Ada yang harus tetap dirahasiakan, disimpan rapat-rapat di dalam hati. Kadang-kadang kita harus bisa menelan kekecawaan, menanggung getirnya sendiri, dan mengubur gundah hati dalam-dalam. Bukan mengumbarnya. Tiap orang punya kesedihan dan kepedihan. Kamu juga punya beban batin sendiri, ketidakjelasan hubunganmu dengan Riva, jadi alangkah naif jika ditambah-tambah dengan suasana hati Kana."

"Bagaimanapun," kata Sam, "kamu dan Kana temanku."

"Dalam percakapan, alias bahasa lisan, aku sulit membedakan apakah bagaimana dan pun itu kamu gabung atau pisahkan."

"Seriuslah, Kawan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun