Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Raja Gila dan Veronika Depresi

21 Oktober 2018   14:45 Diperbarui: 22 Oktober 2018   21:05 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Ada saat-saat ketika bertahan hidup saja sudah merupakan tindakan yang berani."

~ Seneca, Filsuf 

1

Begitu petuah Lucius Annaeus Seneca dalam bukunya Epistulae Morales ad Lucilium (Clarendon, 1965). 

Ya, bertahan hidup itu tidaklah mudah. Butuh upaya, butuh usaha. Ditinggal kawin mendadak ingin bunuh diri. Kehilangan orang yang dicintai sontak menguras semangat hidup. Diputuskan sepihak kontan mencari merek-merek racun paling berbisa. Merasa dikhianati dan diabaikan seketika membayangkan terjun bebas dari Jembatan Penyeberangan. 

Sungguh tidak mudah bertahan hidup. Berat. Berat sekali. Persaingan sangat sengit--kadang saling sikut dan saling sikat--memaksa kita untuk bersikeras meneguhkan hati. Jika tidak, akan lahir keputusasaan, kekecewaan, dan kepedihan. Ujung-ujungnya: hasrat untuk mati.

Inilah yang dibabar Coelho dalam novel Veronika Memutuskan Mati. Seperti lumrahnya novel-novel Coelho yang lain, novel ini pun menghadirkan rupa-rupa pertanyaan yang menuntun kita dengan lembut ke ruang permenungan, yang dapat lebih mengayakan pemahaman kita ihwal hakikat kehidupan. 

Novel ini berkisah tentang Veronika yang merasa tak sanggup lagi menanggung beban kehidupan. Segala terasa amat berat baginya. Maka, ia putuskan bunuh diri. Alkisah, empat bungkus pil tidur yang dilahapnya sekali telan, ternyata belum cukup mengantarnya bertemu dengan Malaikat Maut. 

Takdir berkehendak lain. Ia diselamatkan seseorang. Begitu sadar, Veronika menemukan dirinya di tengah kerumunan orang-orang gila.

Ya, ia terlempar ke rumah sakit jiwa, bersama orang gila-orang gila lainnya--yang dicemooh masyarakat karena hasrat, impian, perilaku, dan sikap hidup mereka menyimpang dari yang dianggap kehidupan normal oleh masyarakat lainnya. Padahal, Veronika tidak merasa gila. Satu-satunya yang ia yakini hanyalah bahwa ia ingin mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun