Bagiku, kamu adalah mukjizat.
Setiap kali sendirian, kenangan hilir mudik di benak Sabda. Ada saja peristiwa pada masa lalu yang tebersit dalam pikirannya.Â
Setelah merampungkan kuliah, ia pernah meriset seberapa peduli penduduk di sekitarnya pada kata baku. Respondennya terdiri dari 100 orang dari kalangan menengah ke atas dan 100 orang dari golongan menengah ke bawah.
Hasilnya mencengangkan. Orang-orang kaya yang menjadi respondennya rata-rata tidak mampu membedakan mana yang baku antara miliar dan milyar. Hanya delapan orang yang memilih miliar.Â
Itu pun seperti anak kecil main tebak-tebakan atau pelajar yang rajin menghitung kancing baju saat ujian. Orang-orang miskin yang jadi respondennya pun tidak lebih baik. Alih-alih memilih mana yang baku, banyak yang menanyakan berapa jumlah nol pada uang satu miliar.
Pada kesempatan lain, ia pernah memasuki 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. Tujuannya sederhana. Ia ingin tahu seperti apa penggunaan kata baku di bank-bank yang ia datangi. Ia ambil brosur, membaca pamflet, mengeja kata demi kata pada tiap maklumat yang ia lihat. Alhasil, ia tercengang. Hanya dua bank konvensional dan satu bank syariah yang menggunakan kata miliar dan triliun.
Selebihnya, milyar dan trilyun.
Artinya, ada delapan bank konvensional dan sembilan bank syariah yang, tanpa sengaja, mengampanyekan bahasa Indonesia yang keliru. Jika dalam sehari ada 10 nasabah per bank yang membaca kata-kata keliru itu--dan mengira itulah kata yang tepat--dapat dibayangkan berapa jumlah nasabah yang tersesat setiap bulan.
Alangkah!
Lamunan Sabda terhenti karena melihat Kana turun dari mobil dan melambaikan tangan kepadanya. Ia berdiri dan tersenyum, kemudian berjalan ke pagar untuk menyongsong Kana.