Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisan yang Saya Cari di Kompasiana

22 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 22 Juli 2018   08:03 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: time.com

Mengapa artikel ini saya juduli seperti itu? Apakah stok gagasan saya sudah menipis sehingga memilih topik itu? Adakah gudang ide saya mulai berkurang sehingga saya mengulas perkara itu? Mengapa tidak memilih topik lain, semisal seni mencari gaya atau strategi menyasar pasar, yang barangkali berguna bagi pembaca? Siapakah saya sehingga berani-berani menulis soal seperti itu?

Lima pertanyaan di atas sempat mengguncang syahwat menulis saya. Untung iman menulis saya sedang dalam suasana menyenangkan. Kelima pertanyaan tersebut akhirnya menyerah. Saya pun leluasa menumpahkan gagasan. Maka, tibalah tulisan ini di hadapan kalian.

Ketika membuka Kompasiana, ada dua hal yang langsung saya lakukan. Pertama, segera memeriksa notifikasi dan mengecek informasi apa saja yang tersaji di situ. Jika ada komentar, akan segera saya jawab. Jika ada makmun baru (follower), akan segera saya cari tahu orangnya.

Kedua, membuka tulisan teman-teman Kompasiana. Biasanya saya mulai dari tulisan yang masuk artikel utama (headline), kemudian tulisan pilihan, tulisan teman yang saya ikuti, tulisan terpopuler, dan tulisan dengan nilai tertinggi. Sesekali saya buka juga tulisan terbaru.

Urutan pembacaan itu jarang tertukar. Tidak seperti bayi dalam sinetron yang gampang ditukar. Jika menyukai tulisan yang sudah saya baca, biasanya saya tinggalkan jejak. Bisa lewat pilihan yang disajikan administratur Kompasiana (seperti inspiratif, menghibur, menarik, bermanfaat, unik, atau tidak menarik), bisa lewat kolom komentar yang tersedia di bawah artikel.

Bagi saya, membaca merupakan aktivitas vital. Ada yang merintih dalam tubuh saya apabila sehari saja tidak membaca. Persis seperti lapar bila tidak makan, haus tatkala tidak minum, bau kalau tidak mandi, dan mengantuk jika tidak tidur. Jadi, bagi saya, membaca bukan sekadar hobi. Karena merupakan kebutuhan utama maka saya tidak asal-asalan dalam memilih tulisan.

Sesekali saya berhenti di tengah jalan apabila tulisan yang tengah saya baca ternyata: 1) gagasan tidak runut atau semrawut, 2) kalimat amburadul, 3) penuh data sepihak dan disesaki hujatan tidak jelas, 4) sajian tulisan tidak menarik, dan 5) penulisan ejaan bikin pusing kepala.

Kadang ada tulisan, entah fiksi entah nonfiksi, yang judulnya demikian memikat. Setelah saya baca, ternyata gagasannya cetek dan pengungkapannya dangkal. Ada juga yang judul biasa-biasa saja, namun gagasan dan racikan tulisannya menakjubkan.

Saya juga sering bertemu pembuka tulisan yang tidak menarik, gagasan kurang gereget, ditambah pula dengan pemakaian tanda baca yang berantakan. Jika bertemu tulisan sedemikian, kontan akan saya tinggalkan. Usia saya sudah tidak muda, membaca harus memberikan sesuatu yang bermakna.

Saya juga kerap membaca tulisan teman secara teratur. Begitu membuka Kompasiana, teman yang sudah memajang tulisan baru pasti saya sambangi. Sering kali saya terharu karena teman itu terus bertumbuh. Tulisannya semakin berisi. Tulisannya kian memikat. Walaupun ada juga yang begitu-begitu saja. Tidak ada peningkatan, baik kualitas gagasan maupun pemaparan.

Siapa tahu kalian belum baca tulisan ini, silakan mampir.

Pada suatu ketika, saya sempat mempertanyakan hasrat membaca saya. Tulisan seperti apa yang saya cari? Tulisan seperti apa yang saya butuhkan? Tulisan seperti apa yang ingin saya baca? Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya menemukan jawaban.

Pertama, tulisan yang menghibur. Beban hidup sehari-hari demikian berat. Tubuh kadang sangat penat. Saya butuh sesuatu yang dapat meringankan beban dan mengusir penat itu. Tentu saja, hiburan. Lantaran tidak suka televisi kecuali siaran sepak bola, saya carilah hiburan lewat tulisan. Termasuk tulisan teman-teman di Kompasiana.

Kedua, tulisan yang menginspirasi. Akibat beban pikiran dan penat badan itu maka saya sering merasa berada di jalan buntu. Ke sana tertutup, ke situ terhalang. Dalam suasana hati demikian, sebuah tulisan kadang mencerahkan. Seperti letup api di tengah gulita. Seperti sekepal nasi saat diterjang badai lapar. Inspirasi dari tulisan itu lazimnya akan menyuntikkan semangat baru.

Ketiga, tulisan yang mengayakan. Setelah terhibur dan terinspirasi, saya kerap mendambakan tulisan yang memperkaya wawasan atau mempertebal akal budi. Banyak rekan di Kompasiana yang tulisannya mengayakan. Beberapa di antara mereka punya kekayaan gagasan yang disajikan secara sukarela lewat tulisan. Tulisan semacam itu sontak membuat saya berasa kaya.

Keempat, tulisan yang mengubah. Ini jenis tulisan yang mengusung tiga asas manfaat sebelumnya, yakni menghibur, menginspirasi, dan mengayakan. Saya beruntung memiliki banyak teman di Kompasiana yang tulisannya dapat mengubah alur pikir atau alir laku saya. Kadang kala tulisan itu diracik secara sederhana, tetapi usungan gagasannya luar biasa menggugah.

Kelima, tulisan yang menggerakkan. Saya semakin merasa beruntung lantaran teman-teman di Kompasiana punya kemampuan untuk menggerakkan imajinasi saya. Seusai membaca tulisan yang sesuai dengan harapan saya, biasanya angan saya berkelana ke mana-mana. Kemudian, imajinasi saya terpicu. Lalu, saya tersulut untuk menulis.

Itulah lima perkara yang selalu saya dambakan tatkala mengulik sebuah tulisan di Kompasiana. Dan, sekali lagi, saya sangat berbahagia dan merasa beruntung memiliki teman-teman yang kemauan dan kemampuan menulisnya sepadan. Ini bukan pujian, walaupun pada dasarnya saya bukan orang yang malas memuji. Ini kenyataan. 

Bagi saya, tulisan yang sesuai harapan adalah anugerah tak terperi. Seperti tengah buru-buru menuju satu alamat dan jalan raya sedang lengang. Seperti singgah di pom bensin karena mules tiada terkira dan kakus umum tidak berpenghuni.

Tentu kalian punya alasan sendiri ketika membuka dan membaca tulisan di Kompasiana. Tentu kalian juga punya pengalaman baca yang menarik. Tentu kalian juga pernah menemukan tulisan yang menggerakkan. Tentu kalian juga pernah merasakan hasrat menulis yang meledak-ledak setelah membaca sebuah tulisan. Maka, rayakanlah.

Ketika tiba di ujung tulisan ini, tiba-tiba harapan saya menyala-nyala. Saya berharap teman-teman pengelola Kompasiana senantiasa sehat dan berlimpah rezeki. Dengan demikian, mereka selalu bergairah mengelola sebuah Negara Gagasan bernama Kompasiana.

Salam takzim. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun