Akhirnya, ia putuskan mudik ke Tim Tango.Â
Sekarang ia sudah berada di Rusia, negeri tempat hajat akbar sepak bola empat tahunan itu digelar. Empat tahun lalu, di Brasil, ia hanya memeluk trofi Bola Emas. Siapa tahu tahun ini takdir menghendakinya memeluk Jules Rimet.
"Begitu Messi menggiring bola, ia tak terbendung. Ia satu-satunya pemain yang bisa bermanuver semudah meloncat. Ia (seperti pemain dalam) PlayStation."Â
~ Arsene Wenger
Tidak bisa dimungkiri, Messi dikitari pemain bertalenta dahsyat di Barcelona. Ada Pesulap Xavi dan Penyihir Iniesta. Barisan penyerang klub Katalonia itu, meski silih berganti setiap musim, sudah sehati dengannya. Bahkan bek seperti Alves dan Alba seolah hafal di luar kepala arah pergerakannya. Tak heran jika ia sedemikian berkibar di klub.
Akan tetapi, apa yang kurang dari pemain Argentina?
Empat tahun lalu, Albiceleste sarat pemain berpengalaman. Namun berbeda di atas lapangan. Argentina bermain di laga puncak Piala Dunia 2014 bagai sekawanan singa yang sibuk dengan diri sendiri, lalai menjalin kerja sama, payah dalam skema dan taktik permainan, dan hasilnya mengenaskan: takluk akibat gol semata wayang Goetze pada menit ke-113.Â
Tahun ini, skuat Argentina agak timpang. Kuat di depan, lemah di belakang.
Barisan penyerang Argentina dihiasi nama-nama beken. Terlepas dari absennya Mauro Icardi, yang tidak diajak Sampaoli ke Rusia, empat penyerang yang dibawa ke Rusia sejatinya adalah segerombolan macan. Ada Aguero yang trengginas bersama Manchester City, Higuain dan Dybala yang cemerlang di Juventus, dan Si Alien--menurut Wenger--Messi yang musim ini meraih Sepatu Emas UEFA.
La Pulga tentu sudah belajar dari tiga kekalahan di laga puncak. Aguero dan Higuain juga begitu. Meski demikian, empat macan itu akan ompong bilamana mereka tidak ditopang gelandang serang yang sakti mandraguna. Kapiran juga manakala penyerang bermain ciamik, namun lini belakang tampil ciloko.Â