Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Riwayat Luka

11 Juni 2018   23:41 Diperbarui: 12 Juni 2018   13:25 3113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1

Kita sepakat meninggalkan masa silam. Tetapi, kita suka diam-diam mengunjunginya. Lewat hujan, lewat ingatan. 

Kesedihan kita biarkan berumah di mata. Sekulum senyum disamarkan oleh jarak dan pelukan.

Luka adalah puisi, rimbun di kebun masa lalu: sebagai kita.

2

Kita sepasang merpati, dengan rindu memusim, sedang menggugurkan kenangan--yang hujan di dada. Seperti angan, angin musim penghujan ditakdirkan sebagai pemutar kenangan. 

Dan kita, sepasang merpati bersayap luka, terisak ditampar-tampar badai nasib, mengutuk malam dan hujan yang tak membiarkan kita tertidur sebelum pagi tiba.

3

Aku bisa saja pergi meninggalkan dan menanggalkan kenangan. Tetapi, aku senang menunggalkan kamu dalam ingatan.

Aku mencarimu di sela jari-jari hujan, yang kudapati sepampang kenangan. Rindu memang rumah segala kesedihan, barangkali. Meski begitu, aku terus bernyanyi, menidurkan kamu di dalam mimpi.

Di sana, tubuhmu terbuka mengundang pagi: membawa cahaya dan embun pembasuh luka. Jendela angan terbuka, matahari tiba lebih pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun