Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

La Beneamata dan Semangat Pantang Menyerah

23 Mei 2018   05:30 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:30 2534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika semangatmu seperti bambu kering yang nyaris patah, ketika harapanmu bagai jalan buntu yang memaksamu berbalik, ketika putus asa tampak laksana pilihan terbaik, jangan kira hidupmu sudah tamat. 

Lihatlah La Beneamata. Dari celah peluang yang sangat sempit mereka berhasil meraih mimpi. 

Sebelum laga hidup-mati di Stadion Olimpico, Roma, pada Senin dinihari (21/5/2018), rata-rata pengamat bola meramal Inter Milan sudah tamat. Masuk akal. Dari 74 laga melawan Lazio di Olimpico, hanya 20 laga dimenangi Inter Milan. Mereka kalah sebanyak 26 laga dan 28 sisanya berakhir seri. 

Tidak hanya itu. Lazio cuma butuh satu angka. Hasil imbang akan mengantar mereka ke Liga Champions Eropa musim depan. Konsentrasi tim yang kerap terbelah, kehilangan angka pada laga yang ditaksir bakal menang, dan mental pemain yang persis yoyo suka naik-turun turut menambah keraguan pada tim tetangga AC Milan itu.

Apakah Mauro Icardi dan kolega menyerah?

Jawabannya jelas. Tidak. Selama peluit akhir belum ditiup wasit, selama itu pula peluang masih ada. Mereka memasuki kandang lawan dengan kepala tegak. Sepak bola adalah cermin kerasnya pergulatan kehidupan. Sepak bola adalah bayangan indah kemenangan sekaligus bayangan suram kekalahan. Tetapi bagi Nerazzuri, kemenangan harga mati.

Inilah yang mesti kita resapi. Sewaktu kita menyangka celah peluang sangat sempit, jangan berkecil hati. Jacob Needleman, dalam Being in the World, menandaskan bahwa "kesadaran adalah sesuatu yang dia tuju sendiri, dia adalah sesuatu yang keluar menuju sesuatu yang lain". 

Dengan demikian, hal pertama yang perlu kita miliki adalah kesadaran. Tumpuannya adalah kita sebagai sesuatu yang menyadari dan kenyataan atau keadaan sebagai sesuatu yang disadari. 

Icardi dan kolega menyadari bahwa mereka bisa menyusul Juventus, Napoli, dan AS Roma ke Liga Champions. Kesadaran itu menyulut semangat pantang menyerah dan menyusut takut kalah sebelum bertanding.

Kita juga mesti begitu. Ketika skripsi dicorat-coret oleh dosen pembimbing, dunia belum kiamat. Ketika yang dicinta memilih cinta yang lain, hidup belum tamat. Kita hanya butuh kesadaran bahwa akan selalu ada jalan. Selalu! 

La Beneamata sepertinya akan menelan air mata. Sembilan menit waktu berjalan, gawang Samir dijebol temannya sendiri. Perisic mencetak gol bunuh diri. Cinta juga begitu. Ketika yang kita cintai pergi, kadang kita dikejuti nasib baik: yang pergi itu pulang dan menyadari kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan itu. Tinggal kita penentunya. Memaafkan dan menerima kembali atau memaafkan seraya menutup pintu kesempatan kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun