Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Seni Makan Sahur Agar Tetap Bugar

21 Mei 2018   22:50 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:28 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Lindsay Parnaby| AFP

Baru pukul sepuluh pagi ketika Remba merasa lemas. Padahal masih banyak tugas yang harus ia selesaikan. Hampit-hampir ia tergoda untuk membatalkan puasa, apalagi saat melihat warung di depan kantornya tetap buka. Namun, ia bertahan. 

Gara-gara semalam begadang bersama teman-temannya, ia telat pulang. Sudah pukul satu dinihari ketika ia tiba di kosan. Matanya berat. Mau tidur, takut kebablasan. Minum kopi, khawatir kebanyakan. Malam ini ia sudah menghabiskan segelas kopi hitam pekat, segelas es kopi, dan terakhir secangkir kopi susu.

Remba menarik napas. Bingung apa yang mesti ia lakukan untuk melawan kantuk. Acara di televisi membosankan. Membaca buku justru mempercepat redupnya mata. Satu-satunya jalan sisa menaruh harapan pada kafein dalam kopi. Pukul dua masih nyalang, pukul setengah tiga kelopak matanya tertutup rapat.

Ia tergeragap ketika alarm dari ponsel mendering-dering di kupingnya. Pukul setengah enam. Imsak sudah jauh. Untung saat menyeduh kopi ia sempat berniat puasa. 

Serangan Siang Bernama Lemas 

Menjelang setengah sebelas, sendi-sendi di tubuhnya seakan-akan menolak digerakkan. Lututya goyah, pinggangnya gemetar. Ia menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya kuat-kuat, lalu menyeka keringat dingin di kening.

Inilah akibat tidak makan sahur, pikirnya. Ia benar. Makan sahur bukan sekadar mempersiapkan diri melawan serangan lapar dan haus, melainkan sekaligus memberi asupan tenaga bagi tubuh agar tidak lemas saat bekerja. Rasa lemas itu mulai berasa setelah ia rampungkan tugas mengonsep proposal. Pikirannya terkuras, tenaganya juga. Tetapi nasi sudah jadi bubur. 

Inilah akibat semalam kurang bergerak, pikirnya. Sejak anak-anak ia sudah tahu bahwa Tarawih bukan sekadar ibadah salat sunat pada bulan Ramadan. Tubuh butuh bergerak agar makanan berbuka tidak memadati lambung dan memberati mata. Tarawih memenuhi kebutuhan itu. Nahasnya, ia malah duduk-duduk santai bersama teman-temannya.

Inilah akibat semalam tidur saat jam sahur, pikirnya. Ia tahu bahwa seandainya sempat sahur pun ia tidak boleh tidur. Langsung tidur setelah sahur bisa memicu asam lambung. Selain itu, tidur lelap setelah sahur dapat mengancam kebiasaan tepat waktu tiba di kantor. Semasa masih menganggur saja ia tidak langsung tidur setelah sahur. Biasanya ia tabah menunggu Subuh tiba. Sepulang salat berjamaah barulah ia puas-puaskan diri mendengkur. 

Untung konsep proposal sudah kelar. Tinggal dibaca-baca ulang seraya menyunting sana-sini.

Musuh Biologis Bernama Kantuk 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun