Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bintang, Nalar dan Iman

14 Juni 2022   05:40 Diperbarui: 14 Juni 2022   14:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dialektika atau proses bernalar manusia ditentukan dengan sangat kuat oleh pergerakan bintang-bintang di langit sebagai artefak-artefak abadi sepanjang masa. Dalam Alkitab Kristen ditemukan bahwa bintang dapat memberitahu kebenaran dengan akurat. Injil Mateus 2: 1-21 adalah satu-satunya Injil yang memberitahu kita tentang peranan penting bintang dalam penentuan tempat kelahiran raja bangsa Yahudi, Yesus Kristus secara tepat di suatu gua-kandang domba di Bethlehem. 

Hal kecil tentang peranan penting bintang ini luput dari perhatian para teolog Kristen. Mengapa sampai para majus mencari dan mereka menemukan tempat kelahiran Kristus dengan sangat tepat hanya dari pergerakan bintang?

Para majus yang terdiri dari 3 orang yakni: Baltasar, Melikhior dan Gaspar adalah orang-orang yang sangat pintar pada masa itu membangun nalar mereka dengan melihat pergerakan bintang di langit. Jadi sebuah kebenaran penting dari keyakinan para majus harus diakui di sini. Bahwa nalar atau proses berpikir harus dibangun dari salah satu artefak abadi yakni pergerakan bintang yang telah ada sebelum Yesus lahir di Bethlehem. Nalar adalah proses berpikir untuk menentukan arti, implikasi dan preposisi dibangun dari artefak-artefak abadi dalam hal ini bintang-bintang. Itulah sebabnya muncul horoskop dalam dunia kini. 

Dengan artefak bintang dalam konteks horoskop dewasa ini, kita harus merujuk pada filsafat Hegel, yakni bahwa segala sesuatu bermula dari tesis kemudian menjadi anti tesis (pertentangan) dan melahirkan sintensis. Sebuah sintesis sering adalah tafsiran, dan setiap orang punya tafsiran sendiri dan sering berbeda dengan orang lain. Tafsiran tentang bintang untuk kehidupan manusia menunjukkan bahwa proses berpikir atau bernalar atau dialektika secara benar telah berjalan.

Setelah mengetahui pergerakan bintang yang tampak ajaib itu, para majus pergi untuk mencari lokasi tempat bintang berhenti. Apa yang dilakukan oleh para majus bukan mencari hiburan, tetapi mereka mencari kebenaran yang terverifikasi untuk menentukan kebenaran akhir. 

Hal itu muncul dari keingintahuan mereka untuk mencek apakah benar bintang di langit itu menentukan dengan tepat lokasi Kristus lahir? Setelah mereka mencek lokasi dan mencocokkan pengetahuan mereka dengan kenyataan secara tepat dan akurat, mereka percaya bahwa Kristus telah lahir, bayi kecil inilah yang disebut Yesus Kristus, Sang Almasih yang dijanjikan Allah. Artinya: bintang adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menyatakan kebenaran. Jadi efek yang terjadi saat membaca horoskop atau pergerakan bintang secara tepat adalah fenomena verifikasi.

Kesaksian para majus itu membuktikan bahwa nalar atau proses berpikir untuk menentukan sebuah arti atau makna dan  implikasi (dialektika) dibangun dari pergerakan ajaib dari artefak bintang di langit yang abadi dan amat menarik bagi umat manusia sepanjang masa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun