Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ambiguitas Heliosentris

18 Mei 2022   03:48 Diperbarui: 18 Mei 2022   05:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bencana Covid-19 mengubah bagaimana cara kita berpikir tentang alam semesta kita ini. Keyakinan science terhadap paham heliosentris patut menjadi topik sentral untuk dibahas. 

Meskipun tak mudah, tetapi paham heliosentris (paham bahwa matahari adalah pusat tata surya) akhirnya dapat menggantikan paham geosentris (paham bahwa bumi adalah pusat tata surya). Paham geosentrisme dalam sejarahnya bertahan hingga lebih kurang 1700 tahun lamanya. Tetapi dengan baru saja berumur 400 tahun lebih, paham heliosentris tetap dirasa sebagai paham baru. Masih banyak orang di dunia mungkin belum terbiasa dengan paham heliosentris.  

Selama dalam kurun waktu 1700 tahun, paham geosentris tak mencatat kemajuan berarti dalam eksplorasi ruang angkasa, ruang angkasa masih menyimpan misteri. Penduduk dunia masih tampak tidak padat seperti sekarang. Paham heliosentris adalah titik kemajuan modernitas dalam ilmu dan teknologi. Penduduk dunia semakin tampak padat. Tetapi dua perang dunia terjadi di zaman heliosentris, belum dihitung berbagai wabah virus dan bencana kelaparan  yang mengakibatkan kehancuran umat manusia. 

Adalah Nikolaus Copernikus, seorang ahli astronomi yang mengungkap kelemahan-kelemahan paham geosentris. Dengan mengandalkan mata telanjang, Copernikus mengamati pergerakan benda-benda angkasa luar. Selama berjam-jam lamanya sepanjang malam dan siang, ia terus mengamati matahari, bulan, planet-planet dan bintang-gemintang. Kopernikus menemukan kesalahan matematis dan kesalahan penulisan kalender akibat paham geosentris. Bagi Kopernikus (1515), kesalahan itu didasarkan pada pengetahuan astronom tentang bagaimana benda-benda langit bergerak.

Beberapa kelemahan teori Kopernikus disempurnakan oleh Galileo Galilei (dengan teleskop) dan Yohanes Kepler dengan teori orbit Planet-planet mengelilingi matahari berbentuk elips. Kepler merevisi teori Kopernikus yang menyatakan bahwa planet-planet berputar mengelilingi matahari dengan orbit berbentuk lingkaran sempurna. Tetapi Isaac Newton (abad 17) menyempurnakan paham heliosentris dengan temuannya tentang hukum gravitasi. 

Ambiguitas

Kemajuan yang dicapai ilmu dan teknologi menimbulkan ketidakjelasan juga: ia membawa berkah, tetapi juga ancaman kehancuran. Ilmu dan teknologi semakin bertambah maju. Penduduk dunia semakin bertambah banyak sebagai dampak kemakmuran yang dicapai oleh kemajuan ilmu dan teknologi tetapi juga kehancuran akibat perang dan bencana-bencana serangan virus dan kelaparan. 

Eksplorasi luar angkasa membuat kemajuan, tetapi juga membawa banyak pengorbanan. Berbagai megaproyek angkasa luar adalah megaproyek-megaproyek amat menakjubkan, tetapi juga telah menimbulkan banyak ketakutan. 

Di titik ini, kita sebenarnya meyakini bahwa paham heliosentris mungkin masih terasa ambigu: berkah atau ancaman kehancuran umat manusia oleh skenario-skenario ciptaan manusia sendiri dan skenario kematian matahari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun