Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Materi Menurut Para Filsuf Yunani Kuno

5 Mei 2022   07:33 Diperbarui: 5 Mei 2022   11:47 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Isi artikel ini dirangkum dari berbagai sumber untuk membantu kita memahami materi yang sudah didalami sejak zaman Yunani kuno. Pemahaman kuno tentang materi membantu kita di zaman ini untuk memahami konsep materi. Menurut Dr. Theo Huijbers dalam bukunya Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah (1990), tanpa dipupuk oleh kekayaan pikiran zaman dulu, pikiran sekarang kurang berbobot dan kurang mendalam. 

Para filsuf pertama Yunani Kuno, seperti: Thales, Anaximander dan Herakleitos mendefinisikan materi sebagai zat tertentu (tanah, air, udara, api). Anaximander mendefinisikan materi sebagai bahan bakar tak terbatas. Kaum Eleatic mengatakan materi adalah konsep makhluk kaku.

Plato membandingkan materi dengan hyle dari para pengrajin. Menurut Plato, materi adalah triton genos yang berada di sebelah ide dan hal-hal yang masuk akal, relatif tidak ada. Bagi Plato, materi tidak berbentuk, tidak terbatas, tidak berkualitas, tidak terlihat, hanya dapat dipahami oleh silogisme palsu. Materi adalah kunci untuk menjadi, sesuatu yang menyerap segalanya (pandeches), hal-hal muncul dalam dirinya.

Aristoteles mengemukakan konsep materi yang bertentangan dengan konsep bentuk. Bagi Aristoteles, materi (hyle) adalah salah satu prinsip (archai). Materi adalah dinamisme, dinamisator, kemungkinan (potensi) segalanya, tak terbatas (aoriston) yang membutuhkan bentuk untuk keberadaan konkret, dasar dari semua desain dan prinsip feminine. Bagi Aristoteles, materi adalah inert, tidak berbentuk, tidak terbatas dan  tidak dapat diketahui sendiri, harus dibedakan materi sensual (hyle aesthete) dan materi spiritual. Bagi Aristoteles, materi (hyle) adalah dinamis (dynamei). Materi adalah imanen untuk semua hal. Semua hal didasarkan pada hal yang sama. Substrat (hypokeimenon) dari segala sesuatu adalah materi primordial/materia prima,  materi jenis ini hanya memiliki keberadaan konseptual untuk dirinya sendiri hanya dalam abstraksi. Materia secunda adalah materi spesifik dan sudah terbentuk secara kasar yang masih harus dibentuk. Menurut Aristoteles, setiap hal penting dalam hubungannya dengan hal yang lebih tinggi. Hanya Tuhan adalah yang tanpa materi, bentuk murni (actus purus).

Menurut Eudemos, materi adalah sesuatu yang tidak berbentuk, bentuk-bentuknya ada di dalamnya. Stoa mengidentifikasi materi primordial dengan penderita (paschon) yang diidentifikasi dengan racun terhubung dengan kesatuan. Materi seperti itu lembam dan tak berbentuk, ukurannya konstan.

Keteguhan materi diungkapkan oleh para Epicurean. Menurut Philo (salah satu penganut Epicurus), materi tidak berkualitas, mati (nekron), pasif (apoios), tidak berbentuk (amorphos), tidak murni dan jahat. 

Plotin membedakan materi dengan materi yang dapat dipahami dalam gagasan: materi indrawi, citra (mimma ). Materi (hyle) adalah substratum dari segalanya, gelap, tak tentu (apeiron), kejahatan (kakon), kekurangan (stersis), tidak ada. Konsep materi adalah salah dan abstrak. Materi adalah emanasi terakhir dan terlemah dari "Yang Esa".

Menurut Alexander Aphrodisias, materi memiliki kemampuan untuk memiliki kualitas yang paling berlawanan; materi membutuhkan bentuk untuk mencapai kepastian (tode ti). 

Daftar Pustaka:

1. Eisler, Rudolf. 2004. Eisler Woerterbuch der philosophen Begriffe, Materie: Antike Aristoteles, Stoike, Plotin di textlog.de, diakses pada 05/05/2022.

2. Huijbers, Theo. 1990. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Kanisius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun