Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orang yang Bekerja Praktis, Lebih Disukai

24 Februari 2022   23:51 Diperbarui: 25 Februari 2022   00:42 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk orang yang baru memulai hidup baru pada permulaan, tuntutan bekerja praktis amat dibutuhkan dan sangat penting. Tetapi bagi orang yang hidup dalam sebuah dunia yang mapan dan maju seperti negara-negara di benua Eropa dan AS, tuntutan hidup praktis mungkin kurang diperhatikan lagi karena kekayaan materialnya sangat besar dan kebutuhan hidup harian sudah sangat terjamin.

Di Indonesia, lembaga-lembaga pendidikan sudah mulai menginjak usia dewasa, sehingga segala tuntutan bagi para guru dan para siswa bekerja praktis mungkin sedikit dilupakan. Dengan kondisi ekonomi negara yang cukup parah akibat pandemi Covid-19, kita tetap memandang penting sekali bekerja praktis untuk menyelesaikan perkara-perkara penting kehidupan. Apalagi di negara agraris seperti Indonesia, meskipun cukup dilupakan dalam pendidikan di sekolah tetapi tuntutan bekerja praktis masih tetap dibutuhkan dan mutlak perlu.

Sepanjang liburan Corona, saya belajar sambil mengamati orang-orang yang bekerja di kebun sayur, sawah dan beberapa padang rumput peternakan di daerah tempat saya tinggal (Belu-NTT). Saya ingin tahu berapa banyak Sarjana yang sedang bekerja di kebun atau padang peternakan. Dalam era internet ini, tentu tidak banyak Sarjana yang bekerja di kebun, sawah dan padang peternakan. .

Terus terang, sebagai guru, saya juga sering berlaku tidak praktis dan mengambang, sudah cukup puas dengan kemapanan gaji. Tetapi mengapa jarang orang berpendidikan tinggi terjun untuk berkebun, bersawah atau beternak di sela-sela kegiatan utama mereka?

Sebagai guru SMA, saya harus jujur mengatakan bahwa kita tidak bisa menyalahkan sistem pendidikan kita jika tidak cukup menciptakan orang-orang yang siap bekerja praktis. Mungkin para Sarjana atau para tamatan SMA/SMK saat ini tidak siap bathin bekerja di kebun, sawah dan padang rumput. Sekarang mayoritas mereka lebih sibuk bekerja di Handphone mereka tiap hari.

Dalam banyak lembaga pendidikan di SMA/SMK, sudah banyak penelitian dilakukan terhadap guru-guru mata pelajaran kita. Hasilnya: semakin banyak siswa tidak menyukai Mata-Mata pelajaran tertentu karena guru-gurunya tidak berpikir dan bersikap serta berwatak praktis. Katanya, mata-mata ajar kita terlalu bersifat mengambang dan tidak praktis. 

Dengan tidak berpikir dan bekerja praktis, ada penilaian miring bahwa para Sarjana kita terlalu membawa banyak masalah di sekolah tetapi tidak tahu menyelesaikan masalah-masalah yang hanya diselesaikan apabila orang mau bekerja fisik dan praktis. Mungkin mereka berfikir 'gengsi dong' apabila seorang Sarjana menanam sayur, bersawah atau memelihara sapi dan kambing atau menyelesaikan berbagai pekerjaan praktis di masyarakatnya demi memberi teladan kepada para siswanya.

Padahal negeri kita adalah negeri agraris. Sebagai negeri agraris, kita sangat membutuhkan orang-orang yang siap menyingsingkan lengan baju mereka untuk menyelesaikan perkara-perkara praktis, terutama di desa-desa.

Di negera maju seperti AS, orang-orang yang bergelar S2, yang baru saja menamatkan pendidikan S2, beberapa memilih terjun bekerja di kebun sayur, kebun jagung dan buah-buahan lebih dahulu sebelum meniti karier sebagai akademisi, mengapa kita di Indonesia tidak?

Sudah saatnya lembaga pendidikan tinggi kita dipacu untuk menghasilkan para Sarjana yang siap bekerja praktis. Salah satu hal dasar adalah persoalan makanan. Persoalan makan-minum adalah hal biasa yang tidak bisa dianggap sepeleh, membutuhkan tindakan-tindakan praktis yang segera. Kebutuhan sayur tiap hari, jagung, padi, ubi, buah-buahan dan daging dapat dihasilkan oleh para Sarjana kita jika mereka mau bekerja praktis. Penanaman nilai dan motivasi untuk siap bekerja praktis di semua lembaga pendidikan kita sebenarnya lahir dari kesadaran dalam diri sendiri, tidak dipaksa.

Saya berani mengatakan bahwa setiap orang yang bekerja untuk menyelesaikan perkara-perkara praktis setiap hari, ia dicintai. Bekerja praktis tidak membutuhkan orang berpendidikan tinggi, semua orang bisa melakukannya di kebun, sawah dan padang rumput bila mereka memiliki kesempatan, kemauan dan jalan. Tetapi bagi seorang yang berpendidikan tinggi yang terjun untuk bekerja dan menyelesaikan perkara-perkara praktis, ia akan sangat disukai dan dicintai, bahkan ia mendapatkan kredit nilai tinggi di masyarakatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun