Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Misi Perdamaian Krisis Ukraina: Belajar dari Gagalnya Perjanjian Minsk I dan II

9 Januari 2022   07:48 Diperbarui: 9 Januari 2022   19:16 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Krisis Ukraina telah kembali berkecamuk. Negara-negara pemantau harus menjadikan tahun 2022 sebagai periode baru, dengan menggunakan metode baru pendekatan keamanan. Pada periode sebelumnya, data-data akurat menunjukkan krisis Ukraina sangat berbahaya bagi pasukan asing. Salah satu faktor penyebabnya adalah kegagalan Misi Pemantauan Khusus Eropa (OSCE SMM). Saat itu, OSCE SMM membuat laporan yang kurang komprehensif dan kurang dipercaya tentang krisis Ukraina. 

Di masa lalu, OSCE SMM beranggotakan para pengamat internasional yang berkantor di wilayah ibu kota Ukraina namun mayoritas mereka bekerja di daerah-daerah yang diduduki kaum separatis pro Rusia. Saat itu, OSCE SMM lebih bekiblat ke Rusia. Kegagalan OSCE SMM berbuntut pada kegagalan perjanjian Minsk I dan II yang menyebabkan campurtangan AS dan Inggris di Ukraina. Sejak saat itu Ukraina didukung NATO dan negara-negara barat. Dari antara sekitar 10 ribu orang serdadu yang tewas dalam kurun waktu krisis Ukraina terjadi, para serdadu korban perang terdapat pada semua bendera. OSCE SMM di masa lalu mungkin lebih banyak bekerja untuk Rusia. 

Catatan sejarah menunjukkan sekitar 60-70% pelanggaran perang ada di wilayah yang diduduki kaum separatis pro Rusia. Hanya 30-40% pelanggaran perang terjadi di wilayah yang diduduki pasukan pemerintah Ukraina. 

Kegagalan perjanjian Minsk I dan II adalah bukti pelecehan terhadap para pemantau internasional. OSCE SMM mengalami hambatan atau dicegah untuk melakukan misinya oleh Ukraina. Pertempuran nyaris terjadi setiap hari sejak kehadiran OSCE SMM daripada gencatan senjata. Hal itu wajar sebab para pengamat OSCE SMM sering tidak berada di wilayah zone aman gencatan senjata. 

Wilayah aman dalam zona gencatan senjata yang disepakati dalam perjanjian Minsk I dan II adalah wilayah-wilayah dalam area penarikan pasukan-pasukan dari semua bendera meliputi 60-70 km dari garis kontak yang memisahkan pasukan separatis yang didukung oleh Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina. Saat ini, apakah area zona ini masih berlaku? Sekarang AS dan Inggris adalah juga negara-negara penentu zona aman ini.  

Pelecehan terhadap misi OSCE SMM di masa lalu telah menyebabkan lebih banyak pasukan dari semua bendera gugur di Ukraina. Kita harus belajar dari sejarah gagalnya perjanjian Minsk I dan II.  Butuh waktu cukup lama untuk berbenah, tetapi saat ini tetap sulit untuk memposisikan diri sebagai pasukan perdamaian di Ukraina. 

Mungkin yang harus diperbaiki sekarang adalah para pengamat OSCE SMM harus bermarkas di wilayah dalam zone aman gencatan senjata agar pasukan-pasukan negara-negara lain  tidak menjadi sasaran tembakan pihak pasukan separatis pro Rusia dan pihak pasukan pemerintah Ukraina. 

Referensi:

1. Wimmer, Andreas, dkk. 2018. Ukraina, Jejak Perang di Eropa. European Series Vol 32-2018, diakses pada 09-01-2022. 

2. Dw.com. 2022. Menlu AS-Jerman Satu Sikap Hadapi Ancaman Rusia Terhadap Ukraina. Dw.com (06/01/2022), diakses pada 09-01-2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun