Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warisan Digital, Bagaimana Mengelolanya?

27 Juli 2021   14:59 Diperbarui: 27 Juli 2021   15:30 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bukan hanya Akun-akun Kompasiana tetapi semua Website dan Medsos yang para penulisnya telah meninggal dunia patut dibahas. Di dunia digital, topik atau tema ini disebut warisan digital. Bertahun-tahun lamanya, si penulis menulis banyak topik di internet, bahkan mungkin sampai 1000 lebih artikel. 

Ketika ia meninggal dunia, tentu saja ia meninggalkan warisan artikel-artikel itu yang mungkin masih tetap dibaca para pengunjungnya. Sejak digitalisasi melanda semua bidang kehidupan manusia di era ini, ketika penulis sebuah Website meninggal dunia, dia meninggalkan banyak jejak. Tidak hanya ada di dunia analog, tetapi juga di dunia digital. 

Warisan-warisan itu bisa berupa foto, teks, atau video yang disimpan di Internet, berupa: profil media sosial, situs web, blog, akun pelanggan, langganan online, kartu kredit PayPal atau bahkan mata uang digital. Warisan digital bahkan mencakup jaringan hubungan dan percakapan yang ditinggalkan orang-orang mati itu di jaringan media sosial, forum, dan berbagi komunitas digital. 

Tentu saja salah satu pihak yang bertanggung jawab adalah para ahli waris si mati. Orang-orang yang berduka, termasuk keluarga si mati juga dapat mewarisi harta digital. Nilai-nilai yang melekat dalam harta digital kadang dalam rupa banyak uang dan kenang-kenangan berupa artikel-artikel, dll. 

Bagaimana Warisan Digital Tetap "Memengaruhi Publik"? 

Selagi berupa teks atau artikel, warisan digital yang masih bisa dibaca dapat mempengaruhi para pembacanya. Sehingga berbagai ritual standar digital perlu dibuat untuk mengekspresikan kesedihan secara online berupa puisi, gambar, artikel, buku dan di Facebook ada banyak ucapan berbelasungkawa. 

Di Website-Website keroyokan terdapat laman memorial dan ucapan berkabung. Pokoknya tetap penting untuk menciptakan budaya virtual peringatan dan sedapat mungkin mengatur warisan digital sebab setiap orang yang menggunakan Internet, setelah ia mati, dia meninggalkan jejaknya. 

Tindakan Apa yang Harus Kita Lakukan? 

Mari kita berpikir bersama-sama. Sebaiknya sebagai penulis, kita harus menjaga dan membuat ketentuan sendiri untuk real digital kita sendiri. Kondisi ini meringankan beban anggota keluarga dan teman-teman yang berduka di kemudian hari. Penting bagi ahli waris untuk mensurvei dan memahami dunia digital agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 

Di Indonesia belum ada kelompok khusus digital untuk membuat pelacakan fenomena warisan digital dan mendokumentasikan perubahan sosial setelah kematian pemilik tulisan-tulisan itu. 

Bagaimana mengatur aneka warisan digital itu? Siapa yang bisa membantu mengelola Akun-Akun itu setelah kematian penulisnya? Apa ada kebaikan, bahaya dan masalahnya? Perlu ada pembahasan dan debat sosial terbuka secara digital dan analog tentang warisan-warisan digital semacam itu. Singkatnya para ahli warisnya harus mampu mengatur harta-harta digital orang yang telah meninggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun