Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kemenangan Sang Petani

27 Juli 2021   05:56 Diperbarui: 27 Juli 2021   07:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sehari-harian belakangan ini saya beberapa kali berbincang dengan Om Fahik, seorang petani tulen asal desa Naitimu, Kab. Belu di Provinsi NTT di pondok kebunnya yang amat sederhana. Ia bertani sayur sejak usia 17 tahun, membatalkan sekolahnya sejak usia remaja demi mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri bersama keluarganya  dengan menjual hasil-hasil pertanian. Produk-produk sayuran dari kebunnya dibeli oleh banyak pelanggannya. Ia telah menjadi jutawan sejak usia remaja. Di usianya yang ke-75 ia tetap sehat dan rajin. Tentang kondisi Pandemi Covid-19, sebagai petani tulen ia pernah berujar untuk tetap rajin bekerja fisik, "rajin bekerja itu panjang umur, malas bekerja itu pendek umur", katanya.

Dalam kesederhanaannya, pria petani yang tetap bekerja di usia senjanya itu ternyata sosok yang inspiratif. Bekerja fisik baginya bukan hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi bekerja fisik adalah obat awet muda. Ia kurang memiliki ilmu. Ia belajar dari pengalamannya sendiri, memperbaiki dan membangun strategi bertani dengan pengetahuan sendiri. Ia menjadi tetap sehat di usia pensiun. 

Kelakar-kelakar yang ia keluarkan dari mulutnya malahan mencerminkan gaya anak muda masa kini. Dari mulutnya aku mendengar kritik-kritiknya yang mencengangkan terhadap generasi muda. Ia mengatakan generasi sekarang adalah generasi yang suka menghabiskan uang, tetapi kurang maju dalam bekerja fisik, apalagi berbalas budi. Dari Om Fahik, aku belajar bahwa kemajuan hidup hanya dapat diraih dari banyak tindakan (kerja) positif dan menghidupkan, bukan dari banyaknya pengetahuan yang diraih. 

Suatu kali saya membawa bibit-bibit kelapa muda ke kebun untuk saya tanam. Di tengah jalan, beberapa petani merasa heran karena mereka tahu bahwa saat ini mulai musim panas. Kondisi musim panas diyakini sebagai kondisi yang kurang baik untuk menanam bibit kelapa. 

Tetapi saya tetap pergi ke kebun, menggali lubang, mengisi lubang-lubang itu dengan pupuk organik, menanam bibit kelapa dan memagarinya dengan kayu lalu menyiraminya selang beberapa hari sekali. Jika sekarang bibit-bibit kelapa itu sudah berhasil tumbuh, saya hanya ingin membuktikan bahwa pengetahuan tidak penting, tetapi tindakan itu adalah jauh lebih penting. Pengetahuan bahwa saat ini adalah musim panas sebagai kondisi yang tidak baik untuk menanam bibit kelapa itu mungkin kurang tepat. Sebab pengetahuan sering dibangun dari mithos-mithos.

Tindakan saya menanam, memupuk, melindungi bibit-bibit kelapa dari sinar matahari dan dari serangan hewan-hewan yang merusak serta menyirami bibit-bibit kelapa yang saya tanam itu adalah tindakan-tindakan positif yang jauh lebih penting dari pengetahuan. Jika tanpa tindakan sama sekali, banyak pengetahuan mungkin ternyata salah, yang membuat banyak orang hidup mapan dalam mithos-mithos dan hanya membuat orang terjebak dalam dunia kemalasan semu. 

Kerja fisik yang rajin semakin memurnikan pengetahuan kita sendiri dan tentu saja akan membuat manusia menjadi lebih inspiratif. Pendidikan harus dimulai dari hal yang paling mendasar yakni mencintai kerja fisik dan melawan kemalasan. Pengetahuan mungkin sering sesat karena dibangun dari alibi-alibi pribadi untuk membenarkan kemalasan pribadi, sikap plin-plan dan sikap masa bodoh sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun