Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Kurikulum 2013 Harus Beradaptasi dengan Kondisi Pandemi Covid-19

9 Juni 2021   09:44 Diperbarui: 9 Juni 2021   10:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: republika.co.id

Untuk memajukan pendidikan, selain dibutuhkan dana, para pengelola pendidikan dan para guru harus memiliki wawasan global dan bertindak lokal. Sambil mengajar, para guru harus memberikan kesempatan bagi para siswa untuk dapat mandiri dan mengandalkan faktor kecepatan sendiri.

Gerakan pendidikan global saat ini bergerak sesuai Agenda Global Pendidikan 2030. Dalam Agenda Global Pendidikan 2030 disebutkan bahwa pendidikan di seluruh dunia akan mencapai kesetaraan global pada tahun 2030, tetapi untuk saat ini ideal itu dirasa cukup sulit. Sebab untuk mencapai kesetaraan global, pemerintahan harus memprioritas pengajaran tatap muka tetap berjalan dalam berbagai kondisi yang dialami oleh para siswa. Hambatan terbesar di Indonesia ialah dana pendidikan berkurang sehingga tidak mampu menggerakkan pendidikan.

Definisi kesetaraan pendidikan, adalah, bukan hanya agar para siswa memiliki kesempatan bersekolah tetapi apakah para siswa yang untuk sementara tidak dapat bersekolah tidak ketinggalan. Apakah di zone merah, para siswa sudah mendapatkan pengajaran digital secara berkualitas? Kita harus belajar dari pengalaman selama Maret, April hingga Mei 2020 yang lalu. Saat itu semua elemen sekolah di tanah air dikarantinakan di rumah. Kondisi itu telah membatalkan pengajaran tatap muka di kelas.

Kondisi masa lalu pada awal pandemi Covid-19 harus dievaluasi agar pengalaman seperti bulan Maret sampai bulan Mei 2020 tidak boleh terulang. Pada dasarnya sekolah harus tetap berlangsung dalam berbagai kondisi. Jika sekolah tatap muka tidak lagi dilaksanakan maka hal itu merupakan kemunduran pendidikan.

Sekolah-sekolah memiliki rekam jejak berbeda dalam hal pelaksanaan pendidikan. Di daerah zone hijau, sekolah-sekolah telah ditutup sementara. Kelas-kelas telah dikarantinakan karena pandemi Covid-19. Menurut penelitian, pembelajaran tatap muka di sekolah bergantung kepada kebersihan sekolah. Kebersihan sekolah dapat membantu sekolah tetap berjalan. Sekolah bukan merupakan ruang dan peristiwa yang terisolasi. Semua perilaku sekolah dikontrol masyarakat.

Pandemi Covid-19 dan kemiskinan warga dunia telah mengancam program kesetaraan pendidikan pada tahun 2030. Sebagai akibat kemiskinan dan pandemi Covid-19,  lebih dari seperempat miliar anak dan remaja di seluruh duna tidak memiliki akses ke pendidikan. Jutaan siswa telah 'terpinggirkan' dalam sistem pendidikan karena asal usul, identitas dan kecacatan mereka.

Pandemi Covid-19 mengancam akan memperburuk ketidaksetaraan pendidikan di seluruh dunia. Menurut Laporan Pendidikan Dunia oleh UNESCO tahun 2020 menyebutkan bahwa sekitar 40% negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah tidak mengambil tindakan apa pun untuk mendukung para siswa yang dikucilkan selama krisis Covid-19.

UNESCO memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 akan meningkatkan kesenjangan pendanaan tahunan untuk pendidikan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kondisi ini menjadi faktor penyebab pendidikan di negara-negara berkembang tetap tertinggal. Kemiskinan adalah rintangan yang menentukan keberhasilan pendidikan. Padahal pendidikan adalah kunci partisipasi sosial. Melalui pendidikan, setiap orang diberi dukungan sebaik mungkin agar dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

Kesempatan menikmati pendidikan adalah bukan hanya masalah keadilan, tapi itu juga merupakan kewajiban sebagai komunitas global yang telah berkomitmen dalam perjanjian internasional sebagai tanggung jawab bersama.

Dalam konteks krisis seperti pandemi Covid-19 saat ini, ketidaksetaraan yang ada semakin memburuk kualitas pendidikan dunia. Lebih dari satu miliar anak tidak dapat bersekolah tahun ini karena pandemi Covid-19.

Dalam suasana pandemi Covid-19, dunia membutuhkan kemitraan pendidikan global yang kuat dan bersatu. Melalui kemitraan global, dunia dapat menjalin solidaritas global demi melawan dampak buruk pandemi Covid-19 ini terhadap dunia pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun