Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Menaruh Harapan Baru untuk Konten-konten Domestik

21 September 2020   05:37 Diperbarui: 21 September 2020   05:56 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu konten domestik. (Foto: Istimewa).

Potensi domestik melahirkan konten-konten lokal di era digital ini. Konten-konten domestik hanya mampu melahirkan pemikir dan peneliti, tetapi tidak mampu membesarkan mereka. Mengapa? Karena setiap sarjana dibesarkan dan dilahirkan dari desa-desa dengan segala potensi domestiknya. Namun setelah tamat Sarjana, mereka berangkat dan berkarya di kota-kota.

Potensi domestik adalah andalan para sarjana yang lahir di daerah-daerah. Para sarjana di daerah mengembangkan potensi domestik menjadi berharga.

Sejauh ini potensi domestik adalah harga tukar yang besar untuk produk ilmu dan teknologi. Kalau kita melihat alih teknologi terbaru dari negara dunia pertama ke Indonesia, lebih dari setengah peralatan teknologi terbaru seperti: pesawat tempur Sukoy dibayar dengan barang-barang hasil pertanian.

Sejauh ini orang masih mencari konten-konten lokal dalam literasi digital. Konten-konten domestik harus berisi petunjuk-petunjuk hidup yang mengarahkan pembaca ke arah hidup lebih baik, bukan pihak mana yang paling penting atau pihak manakah yang paling banyak dibayar: pemilik platform atau penyewa platform (penulis literasi)?

Kurang ada diskusi mengenai untung rugi memiliki sebuah Website atau blog. Sepertinya Webiste atau Platform tidak diciptakan untuk keuntungan konten-konten domestik.

Jika paradigma yang digunakan unbtuk membayar tiap artikel adalah jumlah views, konten-konten domestik tidak punya banyak pembaca dan cenderung tenggelam. Hal itu berarti konten-konten domestik cenderung tenggelam di bawah bayang-bayang konten nasional.

Website adalah bagian dari kebijakan untuk mengeksploitasi harta-harta karun alam domestik yang masih belum dikembangkan. Semua pembaca memahami tentang sebuah Website atau blog berbayar selalu mengira bahwa pemilik dan penulisnya mendapatkan penghasilan dari Webiste itu.

Padahal semua pekerjaan membutuhkan ongkos yang cukup besar dan penulisnya ingin dibayar. Mungkin ada penghasilan, tetapi prosedurnya sangat rumit. Apalagi Website kecil semacam Website pribadi.

Biasanya pemilik Website pribadi dibuat untuk mengumpulkan uang dan butuh penghasilan. Website pribadi yang memilih konten untuk dagang dirancang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Beberapa Website pribadi dibuat hanya sebagai media sosialisasi saja. Tidak banyak berharap untuk mendapatkan tambahan penghasilan daripadanya.

Agar tetap aman dalam mendapatkan bayaran, biasanya pemilik dan penulis Website yang adalah media-media berita besar menggunakan jasa agregator berita. Agregator berita mencari para pembaca dan membayar media-media besar dalam bentuk USD.

Hanya saja agregator berita hanya menerima Media-Media yang sudah lama eksis dan sudah diakui kehandalannya, seperti: Merdeka.com, Detik.com, Republika, dll. Sedangkan Website kecil milik pribadi atau kelompok sulit bersaing dengan media-media besar sehingga sulit laku di agregator berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun