Sulit ada lembaga nonformal yang bisa menyaingi Lembaga Kursus Sulluh Obor Labur dan Oenopu di NTT. Dari antara semua lembaga, lembaga agama lebih fokus memperhatikan rumah tangga atau keluarga. Sehingga pembinaan kaum muda untuk mempersipkan diri memasuki lembaga rumah tangga dibimbing oleh lembaga agama. Nilai-nilai kehidupan dalam keluarga tumbuh dan berkembang abadi.
Mulai dari Lembaga Nonformal
Lembaga-lembaga Agama menyiapkan keluarga yang baik melalui pendidikan nonformal. Peningkatan pendidikan nonformal adalah satu-satunya cara paling efektif dalam meningkatkan kualitas kesehatan daerah pedalaman. Program pendidikan nonformal harus benar-benar tepat sasar pada tujuannya. Program peningkatan kualitas kesehatan di daerah pedalaman harus dimulai dari keluarga.
Oleh karena keluarga model lama agak gagal, maka perlu pembentukkan dan pembinaan keluarga-keluarga model baru melalui pendidikan singkat nonformal. Melalui kursus, anak-anak muda dibina dan dibimbing oleh gereja untuk melakukan fungsi-fungsi dalam rumah tangga menurut kaidah-kaidah kesehatan yang benar.
Pada tahun 1950-an, peserta Kursus Kepandaian puteri atau Kursus Rumah Tangga (KRT) susteran Atambua didik selama 5 tahun penuh. Mereka yang masuk adalah tamatan Sekolah Rakyat Desa dan kemudian Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya mereka menjalani pembinaan secara intensif di bidang rumah tangga selama 5 tahun.
Sedangkan untuk para pria dibina oleh para bruder SVD melalui Kursus Pembangunan Masyarakat (KPM) yang lamanya 5 tahun juga. Selain pembinaan, mereka juga menjalani kegiatan rohani katolik secara ketat. Di Belu, sekarang nama kursus itu adalah Kursus Perbengkelan dan Menjahit Suluh Labur, NTT di bawah Yayasan Putri Kasih Suluh Obor-Labur di Belu, NTTÂ dengan ketuanya ialah Bruder Beatus Schoendorf.
Jadi mereka menjadi teladan dalam keluarga untuk membentuk keluarga idaman yang sangat menjaga dan memelihara kesehatan dalam diri, keluarga, masyarakat, kampung dan desa dan paroki.
Mendidik Kaum Awam Saleh
Dari lembaga-lembaga katolik ini melahirkan banyak kaum saleh yang menjadi teladan bagi banyak orang. Kaum saleh mempraktekkan cara --cara menjaga kesehatan, kebersihan, makanan bergizi, rumah yang bagus dan pakaian yang bersih.
Orang-orang desa meniru teladan mereka. Para alumnus KRT dan KPM terkenal memiliki keluhuran budi untuk mengabdi kepada manusia di desa-desa NTT. Hal itu tercermin dalam kebajikan-kebajikan membantu sesama dalam hidup bermasyarakat.Â
Keterlibatan sosial para alumnus Kursus nonformal ini terhadap kemanusiaan telah terkenal dalam lingkungan gereja Katolik NTT bahkan di Nusa Tenggara. Mereka menjadi saksi-saksi keterlibatan sosial secara sudah nyata.