Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dengan Budaya Menabung, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di NTT Masih Punya Masa Depan

16 Agustus 2020   00:51 Diperbarui: 16 Agustus 2020   00:40 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesawat jenis ATR yang bernama Pintar Air dari Internet. (Foto: ekorantt.com).

Budaya itu adalah kebiasaan yang dihidupi sebagai bagian dari religiositas asli yakni: budaya solidaritas dan gotong royong. Ungkapan solidaritas itu terpancar dari motto Kopdit Pintu Air: Kau susah aku bantu, aku susah kau bantu.

Logo Koperasi Indonesia. (Foto: Istimewa).
Logo Koperasi Indonesia. (Foto: Istimewa).
Oleh sebab budaya selalu berkaitan dengan hal-hal adikodrati, sehingga budaya menabung dalam konteks artikel ini berkaitan dengan nilai-nilai adikodrati dalam ritual-ritual memohonkan kesuburan dan kesejahteraan dalam masyarakat agraris.

Tanah adalah investasi paling penting bagi orang Sikka. Budaya menabung dapat dilihat dalam semangat orang NTT dalam berkoperasi amat tinggi.

Leluhur saya dari ayah berasal dari wilayah Hale-Hebing di Sikka, Flores--NTT sejak dahulu sudah memiliki budaya menabung. Tanah pertanian, hutan dan laut merupakan investasi masa depan paling pertama. Saat musim panas, umbian dipanen dari kebun dan disimpan sebagai cadangan makanan di musim kelaparan di dalam kendi-kendi. Demikian juga padi simpan di dalam sokal besar agar pada saat paceklik mereka dapat mengambilnya untuk menjadi makanan.

Sekelompok warga Hale-Hebing sedang tanggung koor di gereja Hale-Hebing. (Foto: Dokpri).
Sekelompok warga Hale-Hebing sedang tanggung koor di gereja Hale-Hebing. (Foto: Dokpri).
Strategi ini tampak berhasil. Pada waktu orang di daerah lain menderita kelaparan, warga Hale-Hebing dengan tenang membuka lumbung-lumbung cadangan bahan pangan mereka sehingga mereka tidak kelaparan selama musim Paceklik.

Sekarang di abad modern ini budaya menabung masih terus digalakkan. Ketika mereka masih mendapatkan makanan, uang hasil penjualan moke, kelapa, kemiri, kakao dan mete ditabung di bank-bank. Setelah masa paceklik atau untuk kebutuhan pembangunan rumah dan anak sekolah, mereka pergi untuk mengambilnya di bank-bank.

Selain itu uang kiriman dari sanak keluarga mereka di rantauan menjadi modal untuk masa depan mereka. Kenduri dan pelbagai perayaan adalah dengan menggunakan sistem gotong royong. Sistem ini memungkinkan adanya solidaritas dan saling menolong dalam bentuk kerja bersama dalam kebun atau sakoseng. Sehabis kenduri, keluarga menghitung besarnya sumbangan. Jasa baik memberi sumbangan kepada sesama adalah salah satu bentuk tabungan. Saat kita hayatan, sumbangan mengalir lagi ke kita. Hal-hal demikian merupakan gambaran singkat dari budaya menabung yang menjadi analogi budaya tradisional menabung sesuai dengan apa yang diperbuat oleh para warga NTT umumnya.

Menabung Sebagai Kebutuhan

Beberapa anggota keluarga ibu saya menjadi anggota Kopdit Pintu Air. Paman saya Ignatius Nana dari Nurobo memilih CU Kasih Sejahtera. Paman Ignatius bersama anggota keluarganya semua menjadi anggota CU Kasih Sejahtera. Dia Ignatius adalah contoh seorang petani dan peternak di kampung ibu. Ia benar-benar menabung uang dari hasil pertanian dan peternakan dan menabung dari hasil usaha isterinya menjual sayur di pasar Atambua.

Keuntungan dari hasil penjualan itu dipakai untuk menabung. Sisa keuntungannya dia gunakan untuk membayar cicilan motor. Satu motor berhasil dibayar lunas dari hasil usaha menanam sayuran di kebun. Satu motor baru kini sedang diupayakan untuk dibayar lagi.

Dengan 2 kendaraan roda dua itu, Paman Ignas bisa melaksanakan pekerjaan di sawah dan kebun serta mencari rumput di kebun dengan sangat lancar berkat motor yang bertenaga baru. Tabungannya di Koprasi Kasih Sejahtera juga bertambah.

Saya masih ingat bahwa dahulu ia menggunakan motor bertenaga mesin tua sehingga motor itu sering mogok. Setelah usaha pertaniannya berhasil, ia mengendarai motor baru dengan penghasilannya yang meningkat tajam. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh B.J. Habibie, uang bukan menjadi faktor penting dari kemajuan sebuah negara. Tetapi manusia adalah faktor penting dari kemajuan suatu negara.

Layanan Bank Sempurna, Penghasilan Tidak Sempurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun