Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Nama pada Manusia Menurut Plato

5 Agustus 2020   05:51 Diperbarui: 10 Agustus 2020   01:10 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naskah tua Kratylos. (Foto: Youtube).

Sehingga dengannya, esensi kebenaran dapat dikenali secara fundamental. Sokrates adalah pencetus nama diri manusia. Sokrates yakin bahwa melalui nama diri manusia membuat keberadaan manusia lebih bermakna meskipun pemberi nama (orang tua) telah membuat kesalahan terhadap si penerima nama.

Pemberian nama bagi manusia dilakukan agar manusia bisa mencapai pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan. Bagi Sokrates tidak mungkin manusia dapat sampai pada pengetahuan yang dapat diandalkan tentang hal-hal individu tanpa memeriksa makna kata. 

Jadi bagi Sokrates, nama diri adalah pengetahuan yang benar dan diandalkan. Sehingga betapa pentingnya menganalisis makna nama bagi seorang filsuf karena nama adalah pengetahuan yang dapat diandalkan. Seorang filsuf harus meneliti pelbagai hal secara indenpenden dari nama yang dimiliki seorang manusia.

Nama-nama pribadi terkait dengan istilah yang mirip yang perlu disingkapkan. Dengan demikian, nama mengatakan sesuatu tentang pembawa mereka; misalnya: nama pahlawan mitos Orestes. 

Melalui kemiripannya dengan oreinon (pegunungan), nama Orestes seharusnya mengekspresikan sifat liar dan kasar dalam sifat pembawa nama.

Sokrates menggunakan interpretasi etimologis untuk nama-nama setiap manusia. Sokrates menjelaskan bagaimana orang bisa membayangkan hubungan batin mereka dengan nama diri mereka sendiri. 

Sokrates sering mempertimbangkan beberapa interpretasi untuk satu nama. Dia mengekspresikan dirinya dengan hati-hati, yang menunjukkan rasa tidak amannya. Pada saat yang sama, ia tampak antusias dengan idenya.

Sokrates menekankan bahwa koneksi manusia dengan namanya sendiri hanya didasarkan pada fakta bahwa nama tersebut membangkitkan sesuatu karakteristik bagi pemakainya. 

Interpretasi atas nama diri manusia dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Kebenaran nama tidak tergantung pada stok fonetis tertentu atau urutan huruf atau suku kata dari nama-nama tertentu.

Sokrates menunjukkan bahwa orang sering diberi nama berdasarkan leluhur mereka. Penamaan itu sendiri mengungkapkan keinginan orang tua sebagai pemberi nama. 

Contohnya adalah nama Theophilos. Nama Theophilos adalah nama "dewa-mencintai", terjemahan pinjaman Jerman: Gottlieb, dalam bahasa Indonesia adalah cinta Tuhan. Dengan nama Theophilos, penyandang nama dapat melakukan kebajikan-kebajikan sesuai maknanya sebagai pembawa cinta Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun