Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pandangan Aristoteles tentang Etika Komunitas

13 Juli 2020   13:22 Diperbarui: 16 Juli 2020   02:06 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Aristoteles. (Foto: Istimewa).

Lukisan berjudul Sekolah Aristoteles seperti tampak pada gambar di atas adalah lukisan karya Gustav Adolph Spangenberg pada tahun 1883-1888. Lukisan di atas menggambarkan karakter pemikiran Aristoteles yang begitu terbuka. Tidak seperti Sokrates yang hanya bisa didekati oleh murid kesayangannya, Plato. Aristoteles menginginkan partisipasi semua muridnya.

Dengan demikian, pemahaman Aristoteles tentang eudaimonia tidak se-radikal Sokrates. Aristoteles ingin membuka adanya partisipasi manusia dalam keterlibatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bagi Aristoteles, eudaimonia adalah "berbuat baik dan hidup baik" (Nicomachean Ethics). Berbuat baik (kebajikan) diperlukan tetapi tidak cukup mencapai hidup baik. Dua ide pokok tentang berbuat baik dan hidup baik adalah:

1. Berbuat baik: Aristoteles berpikir bahwa eudaimon adalah salah satu "aktivitas baik sesuai dengan akal" (Nicomachean Ethics). Tapi kebajikan moral hanya sebagai bagian dari pengertian umum di mana akal manusia mampu berfungsi dengan baik.

2. Hidup baik: Sambil menekankan pentingnya aspek rasional jiwa, Aristoteles tidak mengabaikan pentingnya: barang-barang penting, teman baik, keluarga baik, kesehatan baik, kecantikkan/kegantengan, kekayaan dan kekuasaan dalam kehidupan yang eudaimonik.

Aristoteles meragukan kemungkinan eudaimonik jika seseorang tidak memiliki barang-barang eksternal, seperti: barang-barang yang penting, kesehatan yang baik, keluarga dan anak-anak serta kecantikan/kegantengan.

Tapi kekayaan masih harus diteliti lagi. Dalam dunia kini, manusia sering mendapatkan banyak uang dari "keberuntungan bodoh",  seperti: korupsi, KKN, menang lottre, menang shio, menang judi, dll. "Keberuntungan bodoh" dapat mendahului pencapaian seseorang terhadap eudaimonia. Tetapi "untung bodoh" tidak menjamin seseorang punya masa depan. Sebab 'untung bodoh' sering adalah hasil karya hal-hal  irasional dan tidak dapat dimengerti. Hal-hal itu membuat seseorang kurang jelas.

Dalam dialog Politeia, Plato mengadopsi 4 gagasan kebajikan utama. Ide Aristoteles sebagian besar menolak ide filosofi gurunya Plato, tetapi apa yang disebut bentuk - bentuk kehidupan menurut Plato mengingatkan kita pada purusartha dalam agama Hindu.

Aristoteles membedakan tiga bentuk kehidupan berikut:

(1). Kehidupan kesenangan/hedonisme, yang dapat dikaitkan dengan Kama

(2). Kehidupan politik/politikus, yang dapat dikaitkan dengan Dharma

(3). Kehidupan teoretis/filsafat, yang dapat dikaitkan dengan Moksha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun