Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bumerang Bagi Jokowi Saat Tawarkan Ba'asyir Pembebasan Bersyarat

29 Maret 2019   17:10 Diperbarui: 4 Mei 2019   16:08 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.gettyimages.com 

Tanda-tanda kejatuhan elektabilitas Jokowi sebenarnya sudah terjadi sejak Januari 2019. Saat itu, pemerintahan Jokowi menawarkan pembebasan bersyarat yang kemudian gagal bagi Ustadz radikal Abu Bakar Ba'asyir. Jokowi telah membuat permainan berbahaya dan menyiapkan kemungkinan kejatuhannya sendiri di Pemilu 2019!

Ustadz Ba'asyir ingin dibebaskan bersyarat setelah menjalankan setengah dari masa hukuman penjara selama 15 tahun karena alasan kemanusiaan. Ustadz Ba'asyir merupakan pemimpin spiritual Jemaah Islamiah, sebuah jaringan teroris di Asia Tenggara yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS.

Percobaan pembebasan Ba'asyir oleh Jokowi saat itu merupakan insiden sekaligus indikator yang jelas akan bahaya yang akan dihadapi Jokowi. Jokowi yang sudah merasa unggul dalam survey lembaga-lembaga ingin bermain over dosis untuk hal yang sangat berbahaya dalam soal agama Islam yang dianutnya. Akibatnya Jokowi semakin dijauhi kaum moderat dan institusi-institusi yang selama ini kuat melawan terorisme di Indonesia, termasuk keluarga para korban terorisme, polisi, peradilan dan para birokrat yang memerangi JI.

Saat itu, seluruh dunia mencela keputusan Jokowi. Pada bulan Januari 2019, PM Scott Morrison dari Australia melakukan perundingan tingkat tinggi dengan Jokowi untuk membatalkan keputusan Jokowi dan berhasil.

Kebijakan tawaran Jokowi untuk pembebasan bersyarat itu kemudian tidak menuai elektabilitas tinggi bagi Jokowi, namun kemarahan publik Indonesia yang kuat karena selama bertahun-tahun Densus 88 memainkan peranan besar dalam memberantas terorisme di Indonesia.

Kasus itu merupakan salah perhitungan politik dalam tawaran pembebasan bersyarat Abu Bakar Ba'asyir oleh Jokowi. Hal yang kemudian menjadi bumerang politik bagi Jokowi. Motivasi politik Jokowi saat itu sebenarnya untuk memperjelas status agamanya yang semula dipertanyakan lawan-lawan politiknya.

Kemarahan publik adalah bumerang bagi Jokowi terkait rencananya untuk pembebasan terhadap Ba'asyir. Selain itu, Jokowi mengorbankan identitasnya sendiri sebagai politisi dan menonjolkan peranan agamawan dengan mengangkat KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapresnya.

Keputusan Jokowi mengangkat KH Ma'ruf Amin bukan hanya menjadi bumerang baginya tetapi membuat banyak pendukungnya meninggalkan dia. Jokowi telah memperkuat posisi garis kerasnya dan fundamentalisme agamanya. Percobaan pembebasan Ustadz Ba'asyir yang gagal oleh Jokowi adalah bumerang bagi Jokowi daripada membantu menaikkan elektabilitas Jokowi.*** 

Sumber:

1. Hunt, Luke, Jokowi’s Failed Bashir Gamble Reveals the Danger of Playing the Religion Card in Indonesia (TheDiplomat.com, 31/01/2019), diakses pada Jumat, 29/03/2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun