Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Sekolah, Bergerak di Antara Kepentingan Media dan Ilmu

15 Agustus 2018   21:17 Diperbarui: 15 Agustus 2018   22:00 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sepanjang bulan Agustus ini, adalah termasuk saat-saat di awal tahun ajaran baru 2018/2019. Semua sekolah di tanah air tampak sibuk dengan persiapan tujuhbelasan. Termasuk di sekolah saya, SMA Kristen Atambua, selain latih dan lomba menjelang HUT RI ke-73 dengan berbagai latihan dan lomba-lomba baris-berbaris, olah raga, kesenian (nyanyi dan tari), juga rohani dan yang termasuk paling digalakan ialah kegiatan literasi. 

Tugas setiap wali kelas adalah membimbing literasi. Ketika pembinaan literasi sekolah meningkat, arus kunjungan ke perpustakaan sekolah makin bertambah dari hari ke hari. Umumnya meminjam buku-buku. 

Saya mengawasi dari ujung ruangan, betapa para siswa/i SMA menggebu-gebu meminjam buku-buku. Sesuatu yang luar biasa terlihat di sini. Semangat para siswa/i dalam membaca buku-buku terlihat jelas dalam aktivitas rutin saya yang tenggelam dalam lemari-lemari buku dan tumpukan buku-buku di perpustakaan sekolah.

Saya menemukan di sini bahwa penting sekali dalam pembinaan budaya literasi sekolah, bagaimana membimbing para siswa/i dan memompa semangat mereka agar berjuang sampai bisa memahami sebuah wacana dalam buku. Perjuangan seorang pembaca pemula adalah bagaimana mereka bisa sukses memahami isi sebuah artikel dalam memahami gaya bahasa, memahami struktur tulisan, memahami inti kalimat dan pokok pikiran tulisan.

Kemampuan memahami isi tulisan akan mempermudah dan membantu para siswa/i menulis artikel. Tulisan-tulisan yang berisi pemikiran bernas dalam menyelesaikan persoalan kemanusiaan adalah tulisan-tulisan yang paling ditunggu. Pada tahun 2012, penulis kawakan Kompasiana Pepih Nugraha menulis di Kompasiana bahwa tulisan-tulisan yang bernas biasanya menggunakan format 5W + H (What, Where, Why, Who and When) + How. 

Format ini digunakan untuk mengembangkan ceritera. 

  • Who is it about? = tentang siapa?
  • What happened? = apa yang terjadi?
  • Where did it take place? = dimana peristiwa terjadi?
  • When did it take place? = kapan peristiwa terjadi?
  • Why did it happen? = mengapa hal itu terjadi?
  • How did it happen? = bagaimana hal itu terjadi?

Luar biasa, sebagai wartawan, Bang Pepih Nugraha menekankan pada penulis berita yang berisi ceritera aktual yang terjadi. Tetap sejalan dengan menulis literasi di sekolah yang berhubungan dengan ilmu. 

Ceritera nyata tentang sebuah kejadian merupakan fenomena empiris yang menjadi titik perkembangan ilmu. Karena ilmu bukan hanya menganalisis persoalan-persoalan, tetapi menemukan, merumuskan dan menyelesaikannya sehingga mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia.

Publikasi Demi Media dan Publikasi Demi Ilmu Agak Sulit Bertemu

Sebagai guru sudah lama saya berpikir bahwa ilmu berisi teori-teori yang sudah selesai disusun oleh para ahli berdasarkan langkah-langkah ilmiah. Tentu ilmu berkembang melalui pengalaman-pengalaman manusia. Pengalaman-pengalaman dalam peristiwa yang dilaporkan media menjadi sumber perkembangan ilmu. 

Saya teringat akan perkataan antropolog terkenal dari Universitas Zuerich, Swiss, Prof. Zolikoffer saat memberikan tanggapan terhadap penemuan fosil manusia purba Homo Naledi di Afrika Selatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun