Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Semesta di Era Globalisasi

23 Mei 2016   20:40 Diperbarui: 24 Mei 2016   14:42 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyimak baik-baik sifat universalitas Pendidikan maka Pendidikan perlu dilihat sebagai gerakan semesta untuk menghadapi, merebut kemajuan, mengatasi tantangan dan perkembangan global.  Pendidikan itu untuk semua manusia di belahan dunia manapun juga, semuanya. Pendidikan berarti belajar semua Mapel dan kalau bisa juga berusaha untuk mempraktekkannya. Untuk zaman kita kini, globalisasi adalah zaman Digital yang saat ini telah sedemikian maju menuju ke arah masa depan, di mana pada masa depan yakni abad 21 nanti, manusia akan hidup dalam era Digital secara penuh, atau Digital Life Platform. Dalam zaman Digital ini, Internet dan Digital melanda seluruh dunia hingga ke pelosok-pelosok dunia. Globalisasi tentu bermula dari negara-negara kaya, kemudian berlajut hingga ke negara-negara miskin. Negara-negara miskin yang hidup dari pertanian mengalami perubahan secara signifikan. 

Pemancar-pemancar Telkomsel yang telah dan akan didirikan hingga ke pelosok daerah mendatangkan banyak sisi positif berupa kemudahan berkomunikasi. Mengingat betapa sangat mendesaknya kehidupan Digital, maka mau atau tidak, pendidikan harus dilihat sebagai sebuah gerakan semesta untuk menjawabi persoalan dan tantangan-tantangan globalisasi saat ini untuk bisa hidup dan bersaing pada era Digital.

Era globalisasi Digital bagi negara-negara berkembang mendatangkan akibat positif bagi pembangunan mereka, di mana teknologi Digital mampu mendorong perkembangan pembangunan ke arah yang maju berkat kemudahan, kecepatan dan ketepatan teknologi Digital itu sendiri. Kalau dahulu, untuk mengirim uang, orang perlu berjalan jauh dan membosankan, kini dengan ponsel, seseorang bisa mengirimkan uang kepada keluarganya di kampung dalam sekian detik dan dengan biaya yang murah. Apa yang dibutuhkan untuk saat ini, agar bangsa Indonesia dapat bertahan dan menang dalam era ini ialah pendidikan itu sendiri. Pendidikan harus mampu menumbuhkan sikap kritis dan kemampuan mencipta agar bisa bersaing dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Tiga masalah pokok dalam pendidikan di NTT dan Indonesia umumnya ialah masalah warisan tradisi dan kemiskinan serta kurangnya penguasaan ilmu  dan teknologi. Warisan-warisan tradisi yang dihidupkan ialah tradisi yang membawa nilai-nilai, kaidah-kaidah ilmu dan estetika yang membawa bangsa Indonesia menuju kualitas hidupnya. Akar kemiskinan perlu dicabut dengan pemberian beasiswa study untuk para siswa/i hingga tamat SMA/SMK/MA. 

Beasiswa yang selama ini diberikan kepada para siswa/i oleh pemerintah langsung melalui No. rekening mereka patut diteruskan. Beasiswa semacam itu sangat penting agar mereka dapat mengecap pendidikan yang layak untuk mengantisipasi perkembangan globalisasi di masa kini dan masa depan. Selain itu, para siswa/i harus diberikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang up to date yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan untuk menggerakkan teknologi Digital untuk kemajuan di masa depan dan masa kini.

Pengalaman membuktikan bahwa selagi si miskin tidak diberikan bekal pengetahuan dan teknologi maka mereka tidak akan mengubah nasib hidup mereka. Oleh karena itu, para siswa/i harus dibebaskan dari ikatan tradisi yang membelenggu, perlu pemberian beasiswa study serta pengetahuan yang memungkinkan mereka dapat bertumbuh dan maju dalam menggapai masa depan mereka di tengah arus globalisasi Digital ini dan masa depan.  Filosofi Tut Wuri Handayani ialah filosofi yang digunakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. 

Artinya sebagai guru, kita harus berada di belakang para siswa/i untuk mendorong dan memberikan mereka arahan agar mereka dapat belajar dan menimbah ilmu dan keterampilan untuk meraih masa depan yang sukses. Kini peranan guru untuk menggerakkan pendidikan sudah merupakan gerakan semesta karena semua orang dari seluruh dunia telah menyadari pentingnya pendidikan bagi peningkatan martabat, kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Untuk itu, mendapatkan pendidikan yang wajar merupakan hak dasar sebagai manusia, sebagai warga masyarakat, sebagai warga keluarga dan sebagai warga komunitas dunia. Dengan kesadaran ini maka orang akan didorong untuk maju pantang mundur meraih ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menatap masa depan mereka sepanjang hayat dikandung badan. Semoga sukses!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun