Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sarung Donggala

7 Januari 2018   17:28 Diperbarui: 8 Januari 2018   00:42 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ha ha ha ha ha, kau itu pengawal."

Saerigading tidak bisa menahan ketawanya dengar kata-kata dari sang pengawal. Ia rupanya sangat serius membahas sarung berwarna cantik itu. Lalu diperintakannya kepada pengawalnya yang lain untuk mencuci sarung itu dengan air tawar, kemudian dikeringkan.

//

Malam itu, suasana air laut tenang sekali, bintang terang di atas langit yang biru, namun bulan tak nampak. Tampak Sawerigading berdiri di buritan menatap ke atas. Pikirannya melayang, melayang entah kemana. Tiba-tiba ia ingat sarung merah mudah itu.

"Pegawal, mana itu sarung."

Iyye puang, ada, sudah dilipat dengan baik."

"Bawa masuk ke bilikku."

Sawerigading kemudian berlalu masuk balik. Rupanya keindahan langit dengan jutaan bintang yang bersinar, redup seketika. Apalagi bulan memang tidak nampak malam itu.

Saat ia terima sarung merah jambu itu dari pengawal, Sawerigading buru-buru membuka lipatannya. Aneh, sarung itu menebarkan aruma harum bunga melati. Ia menduga, pengawalnya yang telah menaburi harurum-haruman sarung misterius itu.

Semaki larut, semakin tak jemu  Sawerigading menimang dan melihat sarung temuanya itu. Hingga terlelap, pria gagah perkasa ini, sarung itu ikut terlelap dalam pelukannya.

//

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun