Meskipun sudah memasuki semester akhir, tetapi sebagai mahasiswa pindahan ke sebuah perguruan tinggi ternana di Kota Palu.Aku harus bersosialisasi banyak. Juga haru mempelajari adat istiadat masyarakat Kaili, sebagai akar budaya di kota yang terkenal dengan jembatan kuningnya ini.
"Eh, perkenalkan, nama saya Tiro, mahasiswa yang baru pindah dari Makassar."
"Oh, iyya, saya Tira."
Kucoba menawarkan salam damai  pada seorang mahasiwi yang sementara memilih-milik buku di rak perpustakaan kampus. Mungkin juga sudah nasib baik, sebab wanita menyambut  uluran tanganku, hangat pula caranya.
"Kamu mengikuti saya dank, ke rak buku-buku sastra."
"Tidak, kebetulan saja saya juga  menyukai buku-buku tentang budaya dan sastra."
Aku mengelak, padahal memang secara terus menerus ekor mataku dari tadi perhatikan wanita ini, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku merasa wanita itu cukup cantik. Rambutnya panjang berlekuk hingga ke punggung, kulitnya putih, namun badannya sedikit pendek tapi padat.
"Ada apa dank, kau melihatku seperti itu."
Wanita bernama Tira itu, menangkap basah diriku melihat  hidungnya yang pesek seksi. Tentu membuatku jadi kikuk dan mengalihkan pandanga ke bawa. Tapi lagi-lagi membuatku semakin grogi, karena yang aku pandang adalah paha terbalut  jeans ketat. Wow wow.
"Kenapa dank."
" Tidak. Kenapa namamu seperti merek jeans, Tira."