Mohon tunggu...
193_Maretha Dwi
193_Maretha Dwi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sukses Tidak Merubah Diri

23 Januari 2021   15:03 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:06 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bab tiga berjudul "Anda Tidak Istimewa" dijelaskan bagaimana konstruksi kebahagiaan dengan kuat dibangun oleh media yang membungkus rapi mimpi-mimpi kita dalam menjalani hidup dan kontradiksi ucapan yang selalu diucapkan oleh motivator-motivator di setiap seminarnya bahwa "setiap orang bisa menjadi luar biasa dan meraih kesuksesan besar" kata-kata itu diucapkan hanya untuk menyenang-nyenangkan ego kita.

Pada bab empat dijabarkan tentang "bawang kesadaran diri" dimana manusia memiliki titik-titik kekurang pekaan emosional yang tanpa kebanyakan kita sadari, permasalahan yang sebenarnya itu membuat hidup kita lebih bermakna dan penting. Di setiap bab yang tertuang di buku ini Manson selalu saja menyisipkan cerita-cerita yang menarik, tentang dirinya yang dikeluarkan dari sekolah akibat membawa beberapa gram ganja, tentang seorang prajurit Jepang di perang dunia kedua yang terdampar di sebuah pulau, tentang dirinya yang berkeliling dunia untuk mencari makna kehidupan yang berujung pada curahan hatinya tentang kisah hidupnya di bab-bab berikutnya yang mengatakan satu-satunya cara untuk mendapatkan makna dan merasakan pentingnya sesuatu dalam hidup seseorang adalah dengan menolak alternatif yang ada, menyempitkan kebebasan, pilihan untuk berkomitmen pada satu hal, satu keyakinan, dan itu tetap relevan dengan bersikap bodo amat yang mulia ini.

"Apapun masalah Anda, konsepnya sama: selesaikan masalah, lalu berbahagialah. Sayangnya bagi banyak orang, rasanya hidup tidak sesederhana itu. Itu karena mereka menghadapi masalah dengan paling tidak satu dari dua cara berikut: penyangkalan atau mentalitas korban (hal. 37)"

Inti buku ini adalah mengajak pembacanya untuk dapat menjalani hidup secara rasional, selaras dengan semangat anarkisme yang sedikit saya pahami bahwa kamu benar-benar hidup ketika paling tidak hidupmu itu berguna bagi orang lain. Buku ini ditutup dengan baik pada bab sembilan dengan narasi tentang kematian. Kita hidup sebenarnya hanya menunggu mati, dan selama itu bagaimana caranya kita bisa membuat hidup kita penuh warna dan bermakna.

Kelebihan dari novel ini yaitu halaman buku tidak terlalu tebal sehingga habis dibaca sekali duduk. Warna sampul yang didominasi warna orange dan judul buku yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Bahasa atau isi yang sedikit nyeleneh akan tetapi banyak inspirasi dan motivasi yang terkandung didalamnya sehingga seseorang akan tidak mau atau berpikir seribu kali untuk melakukan sesuatu hal yang bodoh yang akan merugikan dirinya.

Kekurangannya terdapat pada kalimat-kalimat yang maknanya absurt, sehingga sulit untuk memahami maksud dari kalimat tersebut dan terdapat sub-bab yang bahasannya kurang komplit atau tidak klimaks.

 

Data Diri

Nama : Maretha Dwi Prastikawati

Email : maretha.retha932@gmail.com

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun