Mohon tunggu...
Nabil SyaifulIsl
Nabil SyaifulIsl Mohon Tunggu... Penulis - Jawa Tengah

Nama: Nabil Syaiful Islam TTL: Purbalingga, 30 April 2001 Jenis kelamin: Laki-laki Alamat: Langgar RT 01 RW 07 Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahap-tahap yang Terjadi pada Diri Manusia

21 April 2021   00:03 Diperbarui: 21 April 2021   00:56 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang teratur secara sistematis dan terorganisir, yang didalamnya memiliki maksud dan tujuan tertentu. Perkembangan disini memiliki beberapa ciri, yaitu: saling berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks/baik dan holistic. Holistic merupakan sebuah cara sudut pandang terhadap sesuatu yang dilakukan dengan konsep pengakuan bahwasanya keseluruhan disetiap hal merupakan sebuah kesatuan yang lebih penting daripada bagian-bagian yang membentuknya. Perkembangan psikososial disini diartikan sebagai salah satu perkembangan social terhadap seorang/individu yang ditinjau melalui sudut pandang psikologi. Perkembangan pada masa anak-anak merupakan hal yang sangat menarik untuk dipahami dan dipelajari. Karena didalamnya menyangkut hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya dan sekolah, maka dari itu perkembangan psikososial sangat berpengaruh bagi seorang anak.

Perkembangan social seorang anak dapat dikatakan meningkat apabila ditandai dengan adanya suatu perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kebutuhan dan peraturan-peraturan yang berlaku. Maka dari itu, sangatlah penting bagi kita terutama sebagai orang tua untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana perkembangan psikososial dari seorang anak terutama di zaman seperti sekarang. Dengan mempelajari perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami sang anak dengan cara yang tepat. Pengetahuan mengenai perkembangan psikososial akan sangat membantu bagi para orang tua dan guru dalam menghadapi disetiap permasalahan yang ada pada anak. Karena sesungguhnya di dalam diri  seoarang anak itu ia sangat embutuhkan bimbingan dan arahan terutama dari kedua orang tuanya supaya anak itu tidak terjerumus kepada hal-hal yang berbau negatif.

Soedarjito (2007: 114) berpendapat bahwa sebuah keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan pertama yang ditempuh oleh anak. Maka dari itu keluarga mempunyai peran untuk mensosialisasikan antara anak dan adat istiadat, kebiasaan yang dilakukan oleh anak, peraturan yang berlaku, nilai-nilai yang mencerminkan bagaimana sikap anak, atau tata cara kehidupan seorang anak selayaknya anak-anak kecil lainnya. Keluarga merupakan satu kesatuan dari kehidupan lingkungan sosial pertama bagi anak dan disitu pula anak akan mendapatkan perlindungan, kasih sayang serta rasa aman. Apabila dalam keluarga terjadi suatu permasalahan di dalam hubungan maka perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga peran ayah dan  ibu  sangat dibutuhkan bagi seorang anak.

Pembahasan
Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan yang disebut dengan theory of psychosocial Develoment (teori perkembangan psikososial) di mana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Pusat dari teori Erikson yakni mengenai perkembangan egoisme yakni sebuah asumsi tentang perkembangan yang terjadi pada setiap diri manusia merupakan suatu tahapan yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Dalam tahapan ini terjadi suatu proses dimana disetiap yang terjadi dan yang telah disusun secara rapi itu bukan berarti tidak berpengaruh terhadap "Epigenetic Principle"  anak yang akan menuju kepribadian yang lebih dewasa/matang lagi.

Jadi dengan kata lain, pada saat itu Erik Erikson mengemukakan persepsinya bahwa pertumbuhan itu dapat dikatakan berjalan selaras dengan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana dalam teorinya Erik Erikson mengatakan: (1) Setiap perkembangan yang terjadi dalam kepribadian manusia pasti mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan dan ketentuan yang berlaku, maka dari itu pertumbuhan pada setiap anak dapat kita lihat/baca untuk mendorong bagaimana pertumbuhan kelanjutan dari anak, mengetahui seluk beluk tentang anak, dan untuk saling mempengaruhi antara satu sama lain, maka sangat membutuhkan cakupan dan wawasan radius social yang lebih luas lagi demi mendukung proses perkembangan sang anak. (2) Pada dasarnya masyarakat disini merupakan salah satu unsur untuk memelihara pada setiap individu yang baru akan mulai memasuki lingkungan tersebut, hal tersebut berguna untuk saling berkomunikasii antara satu sama lain dan untuk saling menjaga antara satu sama lainnya pula, serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada dalam diri seorang anak. (Andi Tahir, 2018: 29)

Erik Erikson disini mengemukakan teori psikososial menjadi delapan tahap yang saling berurutan satu sama lain dan tahapan tersebut akan berkelanjutan sepanjang manusia tersebut masih hidup. Dan hasil dari tiap tahap itu sangat tergantung dan berpengaruh dari hasil tahapan sebelumnya, dengan demikian resolusi yang sukses dari tiap krisis ego merupakan hal penting bagi anak untuk tumbuh secara optimal dan sesuai perilaku dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Dalam setiap tingkatan yang terjadi, Erik Erikson mempercayai bahwa dalam setiap diri seseorang pasti akan mengalami sebuah permasalahan yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erik Erikson berpendapat bahwa semua konflik yang dialami itu berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan. (Tiara Elmiza, 2019)

Dibawah ini merupakan delapan tahapan perkembangan psikososial yang telah dianjurkan menurut Erik Erikson:
Trust versus Mistrust (0-1 tahun)

Kepercayaan vs kecurigaan. Dalam tahapan ini, peran seorang ibu harus selalu berjuang secara ekstra untuk berusaha memberikan pengasuhan sebaik mungkin bagi sang anak dan mampu memberikan sebuah kehangatan terhadap bayinya, karena jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, maka sang anak kelak akan mengembangkan kemampuannya  untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan dan tidak ada kata penghujungnya, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya terhadap orang lain sepanjang hidupnya, anak tersebut akan selalu menganggap bahwa peran dari orang lain yang mendekatinya itu semata hanya berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)
Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu. Dalam fase ini, anak akan mulai belajar untuk mulai mengetahui bahwa didalam dirinya memiliki batasan-batasan kontrol emosi tersendiri atas tubuhnya tersebut. Orang tua seharusnya mampu menuntun anaknya dan mampu mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atas apa yang dikehendaki oleh anaknya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi. Dalam hal ini, perkembangan seorang anak dituntut agar bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial yang ada di dalam masyarakat tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi yang berlaku, inilah sebuah resolusi pembaharuan yang sangat diharapkan dari kedua orang tua demi terwujudnya perkembangan seorang anak menuju yang lebih baik.

Initiative versus Guilt (3-6 tahun)
Inisiatif vs kesalahan. Pada fase ini seorang anak akan mulai belajar bagaimana cara merencanakan dan melaksanakan tindakan yang akan diperbuatnya. Pada tahapan ini, kebanyakan sang anak lebih cenderung ia akan merasa ketakutan dalam mengambil sebuah pemikiran inisiatif baru atau dalam menentukan suatu keputusan dikarenakan ia takut berbuat salah dan mengakibatkan hal yang fatal bagi kehidupannya. Maka dari itu, dampaknya ialah sang anak kelak akan memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia menuju dewasa. Namun, apabila anak tersebut berhasil melewati permasalahan masa ini dengan baik, maka anak tersebut akan dikatakan lolos dari fase ini dengan baik dan kelak anak akan memiliki cara sudut pandangan yang lebih cerah lagi terhadap kehidupan yang akan mendatang.

Industry versus Inferiority (6-12 tahun)
Kerajinan dan ketidakmampuan. Pada fase ini, anak-anak akan mulai belajar untuk memperoleh sesuatu yang membuat kesenangan dalam diri mereka dan kepuasan bagi dirinya sendiri tanpa ada omongan dari orang lain. Namun tidak boleh melupakan tugas pokoknya yaitu sebagai pelajar maka harus menyelesaikan tugas-tugasnya, khususnya tugas akademik. Apabila hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan benar oleh sang anak, maka pada tahapan ini dapat dikatakan sukses dan berhasil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun