Mohon tunggu...
Novrinaldi Syafni
Novrinaldi Syafni Mohon Tunggu... Dosen -

H. Novrinaldi. S. Lc || Alumni Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru || Alumni Universitas Al Azhar Cairo || Twitt: @NovrinaldiSapni || FB: Novrinaldi Syafni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemuda Solusi Terbaik Bangsa

2 September 2014   09:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:51 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa kita butuh pribadi yang memiliki Akidah yang kokoh dan pondasi iman yang kuat.  Pemuda-pemuda yang memiliki akidah dan keyakinan yang kokoh tentu dapat membawa citra bangsa ke arah yang lebih baik. Jika hal ini sudah tertanam dalam diri manusia, maka iman dapat berfungsi  membentengi manusia dari perbuatan-perbuatn yang dilarang oleh agama, dan pemimpin yang lahir bukan lagi pemimpin yang hobi memakan hak rakyat, justru santun dan pemurah terhadap mereka, karena keimanan membuat ia merasa takut kepada Allah sehingga ia semakin dekat denganNya.

2. Mathinul Khuluq (Berakhlak mulia dan berbudi luhur)

Bangsa kita dewasa ini sedang mengalami krisis budi pekerti, kurangnya rasa saling menghargai, hormat menghormati, santun terhadap sesama dan lain sebagainya, sehingga akhir-akhir ini yang sering terjadi adalah perpecahan, perseteruan dikarenakan kurangnya akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur terhadap sesama.  Padahal Rasulullah sendiri mengajarkan kepada kita tentang betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita, itu terbukti dengan salah satu hadist yang menyebutkan bahwa “Innama bu’istu li utammima makarimal akhlak” Rasul diutus unutk menyempurnakan akhlak manusia.

3. Mujahadatun nafsi (Optimisme/ bersungguh-sungguh)

Memiliki jiwa yang optimis, sungguh-sungguh dalam melakukan kebaiakan, pantang menyerah dengan situasi dan keadaan. kepribadian pemuda yang seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh indoensia dalam membangun bangsa. Karena impian itu masih bisa terwujud dengan kerja keras dan semangat keoptimisan.

4. Tsaqafatul fikri (Cerdas dalam berfikir/ berwawasan luas)

Maju atau tidaknya suatu negara dilihat dari seberapa banyak kaum intelektual yang berada di negara tersebut. Karena untuk membuktikan majunya sebuah peradaban,  maka kita butuh ilmuan sebanyak-banyaknya. Maka keberadaan para pemuda yang berwawasan luas mutlak dibutuhkan bagi kemajuan bangsa. Berkaitan dengan hal ini Allah telah memberikan kuncinya kepada kita semua yaitu “iqra’ membaca, membaca dan membaca.

5. Harisun ‘ala waktihi (Menghargai waktu)

Al-quran sudah mengajarkan kita bagaimna seharusnya kita menghargai waktu “wal ‘asr innal insana lafi khusrin” demi masa, sesungguhnya manusia berada dalm posisi rugi. Jika seseorang tidak bisa mengatur waktunya bagaimna ia bisa mengatur yang lainnya, ketepatan dan keteraturan seseorang terlihat ketika seberapa besar ia menghargai waktunya. Pepatah barat mengatakan “Time is money” waktu adalah uang, pepatah arab mengatakan “Al waktu kas saifi” waktu bagaikan pedang, jika kita tidak bisa menggunakannya dengan baik maka ia yang akan membunuh kita. Begitu berharganya waktu dalam kehidupan kita maka wajar jika orang yang tidak bisa menggunakan dan mengatur waktu dengan baik ia akan menjadi orng –orang yang merugi.

6. Nafi’un lighairihi (Bermanfaat bagi yang lainnya)

Di samping itu, krisi kepedulian juga sedang melanda kita, lihat saja berapa banyak orang yang  hanya mau berbagi kesenangan di tengah penderitaan bangsa. Ketahuilah ketika kita mampu melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada orang lain, maka keberadaan kita di tengah-tengah mereka merupakan sebuah manfaat. Itu sebabnya kita dituntut untuk menjadi manusia yang “Khairunnas anfa’uhum linnas” menjadi manuisa yang terbaik, yaitu bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Jadilah seprti air yang mengalir walaupun sedikit tapi tetap mencusikan, jangan jadi seperti air yang tergenang, karena air yang tergenang itu akan menimbulkan penyakit dan kotoran. Jika keberadaan kita hanya sebagai air yang tergenang, sungguh kita adalah manusia yang merugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun