Mohon tunggu...
Callista Angelina
Callista Angelina Mohon Tunggu... Penulis - Urban and Regional Planning 👌

I'm not an eloquent person. Nor am I a creative one at heart. Yet, I strive to write even if the words come out not as intended.

Selanjutnya

Tutup

Money

Comparative Advantage dan Location Quotient

15 November 2019   06:00 Diperbarui: 15 November 2019   06:02 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setiap daerah pasti memiliki banyak sektor atau industri yang menggerakkan roda perekonomian mereka. Namun, dari situ munculah pertanyaan, sektor-sektor manakah yang sebenarnya benar-benar memberikan sumbangsih yang berpengaruh pada tiap daerah tersebut? Dan apakah sektor-sektor yang terdapat di daerah tersebut bisa beraing di pasar internasional atau tidak. Kita tidak akan mengetahuinya jika hanya melihat angka penghasilan begitu saja. Untuk itu perlu adanya analisis mengenai potensi ekonomi dari wilayah tersebut.

Sebelum masuk ke main topic, artikel ini akan membahas mengenai apa itu keunggulan komparatif. Apa itu keunggulan komparatif? Keunggulan komparatif (Comparative Advantage) adalah teori hasil pengembangan dari teori perdagangan bebas milik Adam Smith yang dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817. 

David Ricardo mengemukakan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya keunggulan komparatif antar negara dalam menghasilkan suatu komoditas dengan biaya yang relatif lebih rendah daripada negara lainnya dan kualitas yang lebih tinggi. Tiap-tiap negara yang memiliki komoditas unggulan yang berbeda-beda. Dari situ negara-negara yang tidak unggul dalam memproduksi komoditas tersebut bisa melakukan transaksi perdagangan dengan negara yang unggul dalam komoditas yang ingin dibeli. Contohnya, negara X unggul dalam memproduksi padi dan negara Y unggul dalam memproduksi jagung. Jika negara X ingin mengimpor jagung atau negara Y ingin mengimpor padi, maka kedua negara tersebut bisa melakukan transaksi jual beli.

Sekarang kita masuk ke bahasan utamanya, yaitu LQ. LQ atau Location Quotient merupakan suatu rumus yang digunakan untuk mengukur sekaligus mengetahui perbandingan besarnya peran suatu sektor atau industri yang ada pada suatu daerah terhadap besarnya peranan hal tersebut secara nasional. Rumus LQ adalah sebagai berikut.

LQ = (Si/Ni)/(S/N)

Penjelasan:

  • Si  = Jumlah hasil produksi komoditas a di Kabupaten i
  • Ni = Jumlah hasil produksi komoditas di Kabupaten i
  • S  = Total hasil produksi komoditas a di Provinsi p
  • N  = Total hasil produksi komoditas di Provinsi p

Dengan ketentuan:

  • Jika LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis dan dapat diekspor.
  • Jika LQ = 1, maka sektor tersebut hanya bisa memenuhi kebutuhan daerahnya saja.
  • Jika LQ < 1, maka sektor tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan daerahya sendiri.

Analisis Location Quotient terbagi lagi menjadi 2 rumus, yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

SLQ

SLQ merupakan suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau tidak pada suatu daerah. Rumus SLQ adalah sebagai berikut.

SLQ = (Xik/Xk)/(Xip/Xip)

Dimana:

  • Xik  = jumlah PDRB sektor i kabupaten k
  • Xk  = jumlah PDRB total kabupaten k
  • Xip  = jumlah PDRB sektor i provinsi p
  • Xp  = jumlah PDRB total provinsi p

DLQ

DLQ merupakan suatu indeks yang mengeukur laju pertumbuhan dari suatu sektor unggulan pada suatu wilayah. Rumus DLQ adalah sebagai berikut.

DLQ = [[(1+gik)/(1+gk)]/[(1+gip)/(1+gp)]]^t

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun