07 Oktober 2019
Kekhasan tradisi warisan leluhur dalam budaya suku dayak di Kalimantan Timur salah satunya adalah anyaman manik dan ukiran-ukiran. Biasanya antar sesama suku dayak dapat mengenal identitas kesukuan salah satu rumpun suku Dayak dari kekhasan anyaman manik dan ukir-ukiran yang disematkan pada hasil kerajinan tangan baik anyaman manik, ukiran-ukiran maupun artefak peninggalan leluhur mereka.
Dahulu kala anyaman manik hanya digunakan pada pakaian adat masing-masing suku Dayak. Namun dengan perkembangan dewasa ini, anyaman manik dan ukiran-ukiran dapat digunakan pula pada aksesoris-aksesoris, seperti gelang tangan dan kaki, kalung, tas, tempat tisu, dan busana tradisional untuk kebutuhan pasar dan memiliki harga jual. Aksesoris digunakan untuk perhiasan, untuk kebutuhan oleh-oleh, dan banyak lagi manfaat lainnya sesuai kebutuhan masing-masing orang yang membeli.
Untuk menghidupkan tradisi anyaman manik dan ukir-ukiran khas dayak dikalangan mahasiswa, Sekolah Tinggi Kateketik Pastoral Katolik (STKPK) Bina Insan Keuskupan Agung Samarinda mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kerajinan Tangan Anyaman Manik dan menghadirkan Narasumber Ibu Julan dan Ibu Sesilia Ema dari Sanggad Seni Apau Punyaat bagi para mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Pengajaran Agama Katolik, pada 05-06 Oktober 2019 di Kampus STKPK Bina Insan.
Wakil Ketua I Bidang Akademik, Bapak Nikolaus Anggal, M.Pd yang membuka kegiatan Bimtek mengatakan dalam sambutannya bahwa tujuan Bimtek ini adalah untuk melatih kreativitas dan keterampilan mahasiswa untuk melestarikan warisan leluhur berupa anyaman manik dan ukir-ukiran yang sarat makna bagi kehidupan secara khusus bagi keberlanjutan adat dan tradisi yang dimiliki oleh orang Dayak.
Kegiatan ini kita adakan untuk melatih mahasiswa agar semakin kreatif dan terampil dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur berupa anyaman manik dan ukir-ukiran, juga agar tradisi menganyam ini tidak hilang dikalangan generasi ini sehingga hanya tinggal cerita, karena perubahan zaman yang semakin maju bisa membuat kalian gengsi melestarikan kearifan budaya yang kita miliki.
Menganyam manik sangat membutuhkan konsentrasi, kesabaran, ketekunan, dan tidak mudah putus asa. Semakin indah suatu karya anyaman maka semakin rumit proses pembuatannya dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Warna putih: Simbol kesucian dan iman kepada Sang pencipta. Warna biru dan hijau: merupakan sumber kekuatan alam semesta. Sehingga tidak mengherankan jika pernak-pernik berupa manik banyak digunakan suku dayak dalam berbagai upacara adat, misalnya, upacara kematian, pernikahan, dll. Hal ini dikarenakan makna yang terkandung dari warna-warna manik tersebut. (*)