Mohon tunggu...
Pendidikan

Efektivitas dan Efisiensi Stakeholder dalam Bimbingan dan Konseling

10 Oktober 2018   23:42 Diperbarui: 16 Oktober 2018   11:08 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru BK         : " Apakah kamu tahu mengapa kamu dipanggil kemari?" (guru bertanya sembari tersenyum ramah).

Siswa               : "Ti..ti..tidak pak" (suara tertegun karena gugup).

Guru BK         : "Merasa memiliki masalah?" (mimik pelan dengan mendekatkan kepalanya kepada siswa, namun masih terhalang meja).

Siswa               : "Sepertinya tii..tii..tidak pak" (bintik keringat di wajahnya mulai nampak karena gugup).

Guru BK         : "Kemarilah, duduk disampingku!" (dengan nada yang cukup halus dan lembut, sembari siswa tersebut berdiri gemetar dan melangkah untuk berpindah duduk didekatnya). "Ceritakan apa yang sedang terjadi padamu akhir-akhir ini!" (mencoba menangkan dengan mengelus pundak siswa).

Siswa               : "Saya baik-baik saja pak" (masih dengan nada ketakutan untuk bicara)

Guru BK         : "Apa perlu saya panggilkan ibu kantin?" (penawaran yang semakin membuat siswa gemetar tak kepalang).

Siswa               : "i..i..iya pak saya sering membully si A (inisial seseorang).

Guru BK         : "Kenapa kamu lakukan hal itu pada si A? Apakah dia pernah berbuat salah padamu?" (nada sedikit datar dengan menatapi siswanya yang masih tetap menunduk).

Siswa               : "TIdak pak, hanya sekedar iseng" (muka memerah, gemetar dan berkeringat basah karena takut)

Guru BK         : (Menghela nafas dalam-dalam kemudian menghempaskan pelan-pelan) "Huuuuufffff....Bagaimana jika posisi kamu  sebagai dia? Kamu yang dibully oleh dia? Bagaimana perasaanmu?

Sedikit contoh percakapan guru BK dengan siswa mengenai pengentasan masalah siswa dalam lingkungan sekolah.

Pendidikan memiliki tujuan yang sangat luhur dalam mencerdaskan putra-putri bangsa dengan membentuk watak menuju pengembangan potensi dan bakat yang tertera dalam masing-masing siswa disertai dengan perkembangan IPTEK. 

Berbagai macam fasilitas di sekolah sudah tersedia, mulai dari fasilitas akademik dan non-akademik demi mencetak penerus bangsa yang taat terhadap agama, bangsa dan negara.

Sekolah merupakan satu-satunya harapan bagi para orang tua dalam menitipkan anaknya untuk memperoleh pengetahuan lebih luas sejalan dengan perkembangannya serta pada jenjang pendidikan berikutnya. 

Dengan memilih sekolah yang sesuai dengan potensi serta kemampuan anaknya dibidang tertentu. Misalnya, orang tua yang sedikit banyak sudah memahami arah bakat anaknya terhadap bidang apa, maka seharusnya anak tersebut ditempatkan di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

Namun saat ini sekolah yang menjadi dasar utama dalam pembentukan moral telah berubah 360 derajat dari asalnya. Saat ini menjadi momok menakutkan bagi para orang tua karena didalamnya sudah tercemar dengan berbagai faktor perusak tatanan sekolah. Kekerasan misalnya. Hal itu semakin marak terjadi didalam lingkungan sekolah, baik bersangkutan dengan guru, staff atau sesama siswa. Beberapa tahun terakhir ini banyak kekerasan didalam lingkungan sekolah, seperti bullying yang sering kita dengar melalui media sosial.

Hal-hal yang demikian harus segera diatasi oleh pihak yang bersangkutan, utamanya pihak sekolah yang lebih dekat dengan siswa, seperti guru atau wali kelas. Karena kekerasan bukan masalah sepele yang bisa diabaikan begitu saja. Apabila diabaikan maka itu akan menjadi sesuatu yang terus menerus akan terjadi sehingga membuat korban merasa tidak nyaman dan akhirnya gagal dalam pendidikannya.

Cikal bakal munculnya kekerasan dalam dunia sekolah adalah diawali pada guru atau pendidik yang kurang mencerminkan perilaku yang baik dan benar terhadap siswa. Contoh kecilnya saja, guru sering datang  terlambat, guru berkata terlalu mengarah pada hal negatif saatn mengobrol dengan sesamanya atau bahkan guru mengelurakan kata-kata kotor saat menegur siswa yang bersalah.

Dari sisi peran seorang guru terdekat yang dikenal dengan pembimbing, yaitu guru bimbingan dan konseling harus lebih padat memberikan pelayanan individual kepada siswa yang bermasalah dalam hal bullying dengan cara berinteraksi langsung (tatap muka) dengan siswa dalam jangka waktu tertentu.

Konselor harus merubah dan menata kembali persepsi siswa terhadap lingkungan sekitar dan membantu menyadari atas apa kesalahannya kemudian mengarahkannya pada perilaku yang mana semestinya.

Konselor atau biasa disebut guru BK membutuhkan gerakan pembantu dalam menggali informasi terkait peserta didik yang terlibat dalam suatu masalah. Seperti wali kelas, guru mata pelajaran, satpam, penjaga kantin dan yang lainnya yang berada dalam kawasan lingkungan sekolah. Nah, itu yang dinamakan "stakeholder".

Dengan adanya stakeholder, informasi-informasi terkait indvidu siswa akan terjaring jelas karena ada beberapa varian informasi yang didapatkan oleh guru BK. Namun sebelumnya guru BK harus memberikan penyuluhan terhadap stakeholder agar nantinya tidak terdapat informasi yang simpang siur sehingga muncul perbedaan dan berujung pada percikan perdebatan.

Oleh karena itu, bentuk dari efektivitas dan efisiensi stakeholder dalam membantu guru BK ialah adanya komunikasi yang sejalan yang menghasilkan informasi yang sejalan pula. Tiada lain untuk sama-sama menemukan titik temu masalah siswa hingga tidak sukar dalam penyelesaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun