Mohon tunggu...
Muliadi Akbar
Muliadi Akbar Mohon Tunggu... Guru - Guru, dosen, Tutor, Pegiat literasi, Bloggers

Guru Matematika yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mereka Juga Anak Bangsa

28 Mei 2022   09:27 Diperbarui: 28 Mei 2022   10:22 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya hari ini mengajar di STM Swakarya kelas 2 Bangunan. STM Swakarya itu nama lawas SMK. Sekarang namanya SMK Swakarya. Ini adalah sekolah teknik satu-satunya yang ada di tengah kota Tolitoli.

Letaknya strategis, tetapi kondisinya sedikit miris. Lihat saja siswa yang saya ajar tidak cukup sejumlah jari. Hanya tiga orang. Sebenarnya jumlahnya ada 7 orang. Tetapi lebih banyak tidak hadir. Bangunannya pun sudah setengah terbakar.

Setengah delapan saya sudah di sekolah. Tapi siswa yang hadir baru satu orang. Saya tidak menunggu lagi siswa yang lain, saya ajak siswa yang ada ke kelas. Kami sengel bahasa anak muda di kota kami, tidak apa-apa yang penting belajar. Toh mereka juga anak bangsa yang berhak mendapat pendidikan.

Saya mengajar matematika untuk kelas bangunan. Ini jurusan bagus, setidaknya jika pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Namun sayang peminatnya sangat kurang. Entah apa sebabnya, bisa jadi karena kurang promosi atau mungkin karena tata kelolanya yang kurang menarik.

Sisi Bangunan yang Terbakar
Sisi Bangunan yang Terbakar
Saya biasanya memberikan kritik meski kritik itu kadang efeknya kurang positif. Kenapa uji kompetensinya, anak-anak disuruh membuat batako atau menyusun Keramik. Bukankah tidak sekolah pun keterampilan menyusun batako dan keramik itu dapat dengan mudah di kuasai. Belum lagi jika dia seorang anak tukang batu, bukankah keterampilannya tidak lebih dari bapaknya? Begitulah kadang-kadang saya memprotes situasi yang menurut saya kurang tepat

Saya bukan orang teknik, tapi dalam pandangan saya jika hanya keterampilan seperti itu yang diberikan, lalu untuk apa mereka harus menghabiskan banyak biaya untuk sekolah. Ini sungguh naif, sekolah 3 tahun hanya dengan keterampilan yang sama dengan keterampilan orang yang tidak sekolah. Inikah SMK yang diharapkan mengatasi masalah kebekerjaan?

Kondisi Ruang Kelas yang Memprihantinkan
Kondisi Ruang Kelas yang Memprihantinkan
Bagaimana calon siswa bisa berminat masuk jurusan teknik bangunan kalau terbayang yang mereka kerjakan hanya pekerjaan kasar. Bagaimana pula orang bisa tertarik memasukkan anaknya ke sekolah teknik ini jika pengetahuan dan keterampilan mereka tidak lebih baik dari mereka. Sehingga tidak ada cara lain bagi sekolah ini jika ingin maju dan bersaing, selain berusaha melakukan tranformasi perubahan.

Pikiran saya jadi kemana-mana. Tapi sudahlah, saya juga hanya guru yang mengambil jam tambahan. Apalah daya saya, yang penting saya mengajar saja dengan baik. Setelah beberapa menit saya mengajar siswa mulai bertambah. Awalnya satu orang masuk, disusul siswa yang ketiga.

Belajar Matematika dengan semangat
Belajar Matematika dengan semangat
Ya, hanya tiga siswa  begitulah setiap kali saya masuk. Tapi saya tetap berusaha mengajar mereka dengan sepenuh hati. Saya memotivasi mereka agar tetap semangat. Kami belajar matematika, materinya tentang persamaan lingkaran. Persamaan lingkaran dalam 3 bentuk, yaitu persamaan lingkaran dengan pusat O(0,0), persamaan dengan pusat A(a, b), dan persamaan umum lingkaran.

Anak-anak belajar dengan antusias. Mereka menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Saya membimbing mereka meski mereka belajar relatif lambat. Mereka memang bukan siswa dengan modalitas terbaik. Maklum masuk ke sekolah ini karena pilihan terakhir. Yang penting sekolah, Kira-kira itulah alasan orang tua. Meski demikian, mereka layak memperoleh layanan pendidikan yang maksimal karena mereka juga anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun