Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kembalikan Kebersihan Selokan Kami….

7 Desember 2011   07:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:43 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Catatan tentang Selokan di ibu kota

Nasib trotoar hampir sama dengan nasib selokan di ibu kota. Ya selokan yang memperlacar jalannya air. Selokan kini tak terawat. Kalau banjir baru kewalahan. Entah mengapa masyarakat kota mengabaikan perawatan selokan. Di depan rumah kami, ada selokan setinggi 1 meter dan lebar lebih kurang 75 cm hingga 1 meter. Kami membersihkannya minimal sekali sebulan. Air pun berjalan lancar. Sayangnya saluran lain yang berhubungan dengannya tidak terawat. Akibatnya, aliran air tak lancar. Sampah-sampah berserakan dari saluran seberang.

Sekali lagi selokan yang mengalirkan air di ibu kota. Berapa jumlah masyarakat yang peduli dengan selokan? Kalau musim banjir segera tiba, pemerintah mulai membenahi selokan-selokan di pinggir jalan dan kompleks perumahan. Bahu membahu bersama masyarakat. Sayangnya, kadang-kadang upaya ini terlambat. Banjir datang menembus pintu rumah warga sebelum selokan ini dirawat.

Memang manusia serakah. Manusia merampas hak air mengalir di jalannya. Manusia serakah menjadikan jalanan air itu bak kotak sampah. Segala yang tidak digunakan dibuang begitu saja ke selokan. Andai air punya mulut akan ada protes besar-besaran. Air tak punya mulut tetapi punya kaki. Dia mendatangi rumah-rumah warga yang menghadangnya. Menembus isi rumah membasahi perabot rumah, menerjang semua yang terapung. Itulah sifat air, dihadang tak mempan, malah ia mencari tempat terendah untuk mencari jalan keluar.

Lihatlah selokan-selokan di pinggir perumahan padat di ibu kota. Selokan bak tong sampah yang bisa menampung apa saja. Manusia begitu sadis. Wahai manusia rawatlah jalan ini jika engkau tak ingin dijamah. Air punya hak melalui jalannya, jangan hadang dia, biarkan dia jalan tenang, tak menyenggol  apa yang dimiliki manusia.

CPR, 6/12/2011

Gordi Afri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun