Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agamaku Vs Agamamu

29 Agustus 2012   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:10 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama. Itulah institusi sosial yang mengikat manusia. Ada yang mengatakan agama bukan institusi sosial tetapi institusi religius. Okelah terlalu ribut untuk mempersoalkan hal ini. Tentu semuanya mempunyai argumen mengapa dikatakan institusi religius dan mengapa institusi sosial. Yang jelas para sosiolog agama akan mengatakan agama merupakan sebuah institusi sosial dalam masyarakat.

Sekarang ini peran agama sangat menentukan. Agama menjadi salah satu tanda yang diperhatikan oleh banyak orang. Agamamu apa? Agama dia apa? Agama mereka apa?

Kalau pertanyaan ini muncul boleh jadi orang ini sedang mempersoalkan asal-usul agama. Tentu kalau hanya sekadar ingin tahu tidak apa-apa. Ya supaya mudah diingat saja, si A dari agama A, si B dari agama B.

Tetapi kadang-kadang pertanyaan seperti itu muncul untuk membuat perbedaan. Kamu dan Kami. Kamu tidak boleh masuk dalam dunia kami. Kami tidak akan masuk dalam duniamu.

Jika seperti ini agama menjadi pemisah, pengurung, penjara. Dari sini juga akan mucul pemisahan dan pengelompokan. Jangan mau kalau diajak si A dari agama A, jangan memilih kalau si A dari agama A menjadi calon ketua kelas. Kalau seperti ini sebuah kelompok tidak akan maju. Semua anggota kelompok akan menjaga jarak dan memilih kelompok yang sesuai dengan baju agamanya, sukunya, dan sebagainya.

Bayangkan jika Indonesia ini seperti ini. Indonesia tidak akan seperti sekarang ini. Orang Indonesia akan terpencar dan membentuk kelompok sesuai agama, suku, daerah asal, dan sebagainya. Akan jadi repot misalnya orang Sumatera disatukan karena pulau. Tetapi mereka dipisahkan lagi oleh agama. Lalu dipisahkan lagi oleh bahasa. Maka tidak akan ada persatuan.

Maka, jika rakyat Indonesia ingin tetap mempertahankan bhineka tunggal ika, sebaiknya, jauhkan dari segala pengelompokan dengan berbagai kategorinya. Bolehlah pengelompokan itu ada, hanya sebagai pengetahuan saja. Jangan jadikan itu sebagai tolok ukur untuk memilih pemimpin yang tugasnya adalah MENYATUKAN dan MENYEJAHTERAKAN rakyat.

PA, 29/8/2012

Gordi Afri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun