Mohon tunggu...
12013Y
12013Y Mohon Tunggu... Seniman - Fresh Graduate

Real person trying to be more real by seeing reality as real as possible.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Insya Allah

24 Juli 2019   13:53 Diperbarui: 24 Juli 2019   13:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baru saja pulang dari bekerja, masih belum malam karena matahari masih mengintip sebelum tenggelam di barat sana. Setelah mandi membebaskan diri dari debu dan keringat kuambil nasi bungkus yang tergeletak di atas meja, tadi kubeli dari warung pinggir jalan dalam perjalanan pulang, aku tidak mungkin menyiapkan masakan sendiri, lebih tidak mungkin lagi disiapkan makanan oleh istri, aku sang pemuda sebatang kara di tengah-tengah kota.

Untuk menemani acara makan seorang diri kuhidupkan televisi, kebetulan pada waktu itu disiarkan sebuah acara reality show yang menampilkan kegiatan-kegiatan para polisi dalam kesehariannya. Tepat pada saat itu ditayangkan seorang polisi wanita sedang menilang pemuda pengendara motor yang melanggar rambu lalu lintas serta tidak membawa SIM. Setelah proses debat dan berkelit yang panjang, si pemuda pasrah menyerahkan STNK motornya, sebelum dipersilahkan pergi, polisi wanita berkata:

"Jangan diulangi lagi ya."

"Iya bu, insya'allah tidak saya ulangi."

"Eh, jangan insya'allah!, harus bener-bener jangan ngelanggar lagi loh...."

Aku langsung bereaksi begitu mendengar ucapan polisi tersebut.

"Hah.. apa-apaan itu?! ko bisa nolak janji mbawa' nama Tuhan begitu?". Aku masih tidak percaya bagaimana bisa ia tidak percaya dengan janji yang menyatakan kesertaan Penguasa semesta, ada yang salah dengan orang-orang ini.

Setahuku memang seperti itulah seharusnya seseorang berjanji, menyatakan nama Tuhan bukan berarti main-main, "insya'allah" berarti "jika Tuhan menghendaki" berarti 99% akan ditepati, dan 1% kemungkinan tidak terjadi karena ada sesuatu yang amat mendesak dan jika ternyata Tuhan tidak menghendaki, kita mau apa jika Ia sudah berkehendak begini dan begitu.

Tapi semua ini hanya berprasangka saja, mungkin karena polisi itu sudah terbiasa diingkari janji meski dengan menyebut "insya'allah", mungkin karena pemuda itu terbiasa menggampangkan janji meski dengan menyebut "insya'allah", mungkin karena polisi itu memang tidak percaya dengan janji meski dengan menyebut "insya'allah", mungkin juga karena pemuda yang macak preman itu yang tidak pantas berjanji dengan menyebut "insya'allah", mungkin...... Ah! kenapa pula aku sibuk memikirkan itu, aku lapar.

Kumatikan televisi dan mulai menyuapi mulutku dengan sigap, benar-benar nikmat meski hanya dengan lauk tahu-tempe, lalapan, dan sambal terasi goreng. Selesai makan aku mencuci tangan dan bersiap-siap untuk tidur, baru saja meletakkan kepala di atas bantal, ponselku berbunyi.

"Ayo kumpul..! jam 11 malam ini di kafe AA, si Andre ulang tahun!"

Aku melirik jarum jam dinding yang menunjukkan waktu pukul 19.30.

"Oke... insyaAllah" dan kutekan tombol 'send'.

Kumatikan lampu, tarik selimut, baca doa tidur, dan gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun