"Kalian sibuk mengerjakan tugas yang bahkan masih seminggu lagi baru dikumpulkan, sibuk menghafal dan mengulang-ulang pelajaran yang bahkan sudah kalian kuasai, sibuk menyalin contekan yang bahkan kalian tak bernyali membukanya saat ujian, kalian benar-benar membuang waktu. Untuk apa khawatir pada sesuatu yang baik-baik saja?, untuk apa buru-buru mengejar sesuatu yang tak bisa lari kemana-mana?."Â
Aku diam, meski aku ingin sekali membantahnya, jujur saja semua ucapannya itu terlalu benar untuk disalahkan.
"Belajarlah rileks kawan, nikmati jalannya waktu dan momen-momen yang ada, kau akan lebih bahagia." Kodir menepuk pundakku. Ia melangkah masuk ke dalam meninggalkanku yang masih merenung. Kupikir dia ada benarnya juga, selama ini aku melakukan hal yang sia-sia, terlalu cepat berlalu, dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan. Sehingga semuanya menutupi mataku dari segala hal yang tersedia dan menyenangkan di tiap tempat dan waktunya.
Kulihat kodir sudah berada di bawah, mengenakan sepatu kets dan bertelanjang dada, di antara pinggang dan lengannya terselip bola basket, melangkah santai sambil bernyanyi menuju lapangan seberang jalan di mana para pengamen jalanan menunggunya.Â
Aku semakin iri padanya, sampai saat ini hanya dialah yang merdeka, santai menikmati jalannya hari ini saat yang lain sibuk memikirkan seperti apa jadinya hari esok.
Aku segera masuk ke dalam berganti pakaian, "heh mau kemana? gak ngerjain tugas Pak Priyo?" Andi teman sekamarku bertanya heran.
"Masih tiga hari lagi, santai aja"
"Lah kamu mau kemana itu?"
"Main basket bro...!"