Mohon tunggu...
Ram Tadangjapi
Ram Tadangjapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cuma senang menulis

Kutu Buku, Penggila Film, Penikmat Musik

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film Air Strike (2018)

25 Maret 2019   20:27 Diperbarui: 25 Maret 2019   21:04 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.clickthecity.com)

But only one person could pilot this P-40.

Kolonel Jack Johnson (Bruce Willis) harus menahan emosi para penerbang yang ia latih, ia tak mau lagi kehilangan pilot terbaiknya karena kesembronoan. Para penerbang pesawat tempur Cina yang ia latih belum mampu menandingi kehebatan pilot tempur Jepang sehingga banyak diantara mereka yang gugur diterjang peluru. Namun Kolonel Jack tahu waktu pertempuran semakin dekat apalagi kota Chongqing yang merupakan ibu kota sementara Cina terus dibombardir oleh pesawat tempur tentara Jepang.

Gangtou (Ye Liu) seorang pilot pesawat tempur harus melepaskan impiannya untuk terus menjadi penerbang setelah ia terluka parah saat menghadapi serangan beberapa pesawat tempur musuh. Ia kemudian ditugaskan untuk mengawal sebuah truk berisi muatan rahasia menuju ke kota Chongqing, ia harus menjaga truk tersebut tetap aman dari serangan musuh apalagi bersamanya turut pula menumpang beberapa orang pengungsi.

Cui (Wei Fan) salah satu penduduk kota Chongqing yang sangat menyukai permainan mahjong, meskipun kota Chongqing setiap hari digempur serangan udara namun tidak menyurutkan niatnya untuk tetap mengikuti pertandingan mahjong. Saat mengetahui putra satu-satunya tewas saat menjalankan tugas ia tidak lagi memikirkan soal keselamatannya, ia takkan berhenti tanpa memenangkan pertandingan mahjong.

Bruce Willis sebagai Kolonel Jack (sumber: Screenshot/Dok. Pribadi)
Bruce Willis sebagai Kolonel Jack (sumber: Screenshot/Dok. Pribadi)
Film ini mengambil plot cerita saat Cina masih terlibat perang dengan Jepang di perang dunia ke-2, saat itu angkatan bersenjata Cina masih rapuh karena belum memiliki peralatan tempur yang memadai. 

Sang sutradara Xiao Feng berusaha memberikan sajian aksi yang menakjubkan, hal itu ia tunjukkan dengan adegan pertempuran udara antar pesawat tempur yang cukup menawan hingga ke aksi pengeboman pesawat tempur yang sangat baik sehingga mampu memberikan efek kengerian sekaligus ketegangan.

Sayangnya untuk plot cerita agak kurang diperhatikan sehingga tiga plot cerita yang saling berhubungan terkesan berjalan sendiri, dialog-dialognya juga terkadang seperti berputar dalam ruang tanpa makna sehingga beberapa esensi cerita tidak jelas maksudnya.

Hal tersebut membuat film yang dikabarkan menjadi salah satu film paling mahal di Cina ini malah hanya menjadi film action bukan film bertemakan sejarah. Padahal jika plot cerita digali lebih dalam maka penonton bisa dibawa ke suasana saat kota Chongqing masih dalam kepungan pesawat tempur Jepang.

Kehadiran beberapa bintang Hollywood seperti Bruce Willis, Adrien Brody, hingga Rumer Willis tidak cukup kuat untuk membuat film ini kuat di bagian aktingnya. Bruce Willis kali ini terlihat kurang greget sebagai komandan pasukan pilot tempur, Adrien Brody dan Rumer Willis malah terkesan hanya sekedar tempelan sehingga jika adegan mereka di edit pun sepertinya tidak mempengaruhi cerita.

Malah performa akting Wei Fan sebagai Cui si penggemar mahjong lebih mencuri perhatian, adegan menjelang ending akan berbeda jika bukan dia yang melakukannya dan itu berhasil membuat kekecewaan sedikit terobati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun