Mohon tunggu...
Ram Tadangjapi
Ram Tadangjapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cuma senang menulis

Kutu Buku, Penggila Film, Penikmat Musik

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film Professor Marston And The Wonder Woman (2017)

17 September 2018   19:13 Diperbarui: 17 September 2018   19:16 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.en.wikipedia.org)

She is beautiful, guileless, kind, and pure of heart. You are brilliant, ferocious, hilarious, and a grade A bitch. Together, you are the perfect woman.

Profesor Marston (Luke Evans) dan Elizabeth (Rebecca Hall) pasangan suami istri yang sama sama tertarik dibidang ilmu pengetahuan. Mereka berdua bekerja sama untuk mengembangkan sebuah alat pendeteksi kebohongan, untuk keperluan tersebut mereka merekrut seorang mahasiswi cantik bernama Olive Byrne (Bella Heathcote) untuk menjadi asisten sekaligus relawan pada proyek yang mereka kerjakan.

Profesor Marston menjadi seorang pengajar di tempat Olive kuliah sementara Elizabeth yang setia mengikuti Profesor Marston setiap mengajar merupakan juga memiliki kecerdasan setara Profesor Marston namun tidak bisa mengembangkan karirnya karena selalu terganjal isu gender.

Kehadiran Olive ternyata membawa perubahan besar dalam hubungan Profesor Marston dan Elizabeth. Profesor Marston mengakui bila ia tertarik secara seksual terhadap Olive pada Elizabeth yang kemudian tidak menganggap hal itu sebuah masalah, sementara Olive yang sudah memiliki tunangan selalu menjaga batas-batas hubungan dalam kapasitas hubungan kerja semata.

Namun disaat menguji alat kebohongan semua gairah dan hasrat yang selama ini disembunyikan oleh ketiganya terungkap yang kemudian mengikat mereka ke dalam hubungan yang aneh sekaligus terlarang.

Profesor Marston harus menerima resiko pemecatan ketika hubungan anehnya bersama Elizabeth dan Olive terbongkar, ia kemudian membawa kedua wanita tersebut pindah ke kota lain dan memulai hidup baru sekaligus mengamankan hubungan mereka.

Profesor Marston yang terobsesi pada teori dominasi dan kepatuhan dalam hubungan intim pria dan wanita terus mencari cara untuk mempropagandakan teori yang sewaktu menjadi pengajar selalu ia sampaikan saat mengajar tersebut.

Hingga ia mendapatkan inspirasi dari kenalannya yang memiliki kostum-kostum untuk wanita yang unik sekaligus sexy, Profesor Marston menuangkan idenya tersebut melalui sebuah komik tentang superhero wanita yang diberi nama Wonder Woman.

Komik karya Profesor Marston laris manis namun karena kontennya banyak mengandung hal-hal yang belum bisa dikonsumsi oleh anak-anak maka komik ini pun mendapatkan protes dari sebuah komite perlindungan anak dan terancam dihentikan peredarannya.

Rebecca Hall, Luke Evans, dan Bella Heathcote (sumber: www.tpr.org)
Rebecca Hall, Luke Evans, dan Bella Heathcote (sumber: www.tpr.org)
Jika anda penggemar Wonder Woman mungkin sedikit terkejut jika menemukan fakta tentang konten komik tersebut ketika awal-awal terbit sekitar tahun 1941, plus bagaimana sang kreator menemukan inspirasi untuk menciptakan tokoh tersebut.

Memang film ini tidak secara khusus menceritakan bagaimana proses munculnya tokoh Wonder Woman namun lebih mengupas tentang kehidupan pribadi serta orientasi seksual kreatornya beserta kedua wanita sumber inspirasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun