Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pengakuan

17 Januari 2018   17:17 Diperbarui: 17 Januari 2018   17:27 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Cerpen Pengakuan/foto Della Anna

Gara-gara iseng hendak mencicipi bagaimana rasa kopi ''BRAZIL - bourbon - Rio Verde'' tatap mereka berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Tak terhitung berapakali Sam memohon Dewi untuk mampir ke rumahnya, berkenalan dengan orang tuanya. Namun, kesibukan pekerjaan Dewi sebagai manajer lapangan pada perusahaan Pharmacy, belum berhasil mempertemukan wanita idamannya ini kepada orang tuanya.

Bahkan, teman-teman Sam acap menggodanya. ''Jangan terlalu lama, ntar disamber orang!''

Kecantikan wajah Dewi dan kecharmant-an sikapnya, menghadiahkan kesempurnaan penampilan seorang wanita. Tak mengherankan, bila banyak mata pria yang meliriknya. Bahkan kolega Dewi yang telah beristri dan beranak empat bersedia menceraikan istri dan berpisah dengan anak-anaknya.

Bangir bentuk hidung Dewi, lekuk pinggul dan bantalan pantatnya yang ala J.Lo acap mencuri perhatian para pria. Sam menyadari kelebihan Dewi ini. Diam-diam ia merasa bangga tapi juga mengiri kesal.

Mata Dewi berkaca-kaca, terharu. Ketika Sam berlutut dihadapannya, meminangnya.

''Sam, ... baiknya kita beri waktu untuk hal ini,'' suara Dewi lirih.

Sam menarik tubuh Dewi lebih dekat, dan matanya tajam menerobos pupil mata Dewi.

''Kapankah, coba jelaskan untukku Dew?''

Perlahan Dewi menelan ludahnya sendiri, dan dengan sangat hati-hati ia mencoba menuntun Sam ke arah pikiran yang tenang.

''Dua tahun kita saling mengenal Dew, aku tak butuh fungsi pekerjaanmu. Aku perlu cintamu''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun