Mohon tunggu...
Tsalitsa Masud
Tsalitsa Masud Mohon Tunggu... Freelancer - Lisa

Kalau tidak bisa melakukan semua, jangan tinggalkan semua, yang bisa kita lakukan Do it your best.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Mengambil Keputusan, Berani Menerima Konsekuensi

13 Mei 2020   21:16 Diperbarui: 13 Mei 2020   21:35 2825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decition Making) merupakan sikap saling menghargai dalam menanggapi suatu keputusan. Lalu bagaimana memutuskan sesuatu dengan yakin dalam memutuskan suatu permasalahan?

Setiap manusia tidak bisa dihindarkan dalam mengambil keputusan, dan satu standart dalam menentukan keputusan yaitu jangan mudah tergesa-gesa. Kecerdasanan itu harus dibarengi dengan kebijaksanaan, kecermatan dan hati nurani. Hal ini dikarenakan, memutuskan suatu keputusan bila dengan tergesa-gesa akan menimbulkan kekeliruan dan mengakibatkan mala petaka. Artinya, kita harus tetap berhati-hati, kita harus mempertimbangkan antara baik dan buruknya.

Ketika kita tidak bisa memutuskan keputusan, kalau kita memang asih belum terlalu faham, maka kita harus mencari jalan keluarnya, misalnya: mencari solusi dengan konsultasi dengan orang dekat kita yang bisa dipercaya, mungkin dengan teman, sahabat dan lain sebagainya. Nanti apapun keputusannya itu tergantung dari diri kita sendiri, bagaimana menyikapinya. Kalau memang sudah menjadi suatu keputusan maka artinya masalah selesai. Artinya, jangan tanya lagi ke orang-orang lainnya, karena hal tersebut akan mebuat kita dalam kebingungan tak berkesudahan, akibatnya, menjadikan kita timbul rasa ragu lagi untuk mengambil keputusan tersebut.

Jika dikaitkan dengan anak, anak merupakan anugerah dan titipan Allah SWT., keputuasan orang tua untuk mempunyai anak, itu akan menjadi tanggung jawab bagi orang tua di akhirat kelak. 

Ust. Zulham Effendi menjelaskan bahwa "Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak yaitu dengan memberikan dorongan atau motivasi, menentukan pendidikan yang layak, karena diantara hak anak ialah anak harus mendapatkan pendidikan yang baik dan menonjokan anak pada pendidikan islam, karena ketika orang tua menyekolahkan anak kesekolah yang bagus agamanya, pada dasarnya orang tua juga mendapatkan pahala, karena mengenalkan dan mengajarkan anak pada islam". Karena orang tua cenderung memilih sekolah yang favorit yang notabene lebih tingi dari sekolah di desa.

Disaat adanya wabah seperti ini, semua pelajar maupun mahasiswa terpaksa dirumahkan dan diganti dengan belajar online ataupun kuliah online, Selama masa pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh, maka disitu orang tua yang bertanggungjawab untuk menggantikan menjadi guru dirumah. 

Karena memang orang tua adalah 'madrasah ula' bagi anak-anaknya, yang berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Tetapi tak sedikit guru yang  mendapatkan banyak keluhan dari wali muridnya tentang anaknya yang tidak mau belajar, menjadikan anak kerap bosan dan menolak untuk belajar. Karena ibu saya juga guru jadi saya juga tahu.

Jadi kesimpulannya, ketika kita berani mengambil keputusan, maka kita harus mau betanggungjawab dan harus menerima konsekuensi dari keputusan tersebut. Jangan sampai kita tidak berani mengambil keputusan, yang akhirnya akan terombang ambing dengan keraguan yang berkepanjangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun