Mohon tunggu...
09 Dhita Arum Mawarti
09 Dhita Arum Mawarti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keadilan Bisa Kita Raih Tanpa Harus Mempunyai Privilege

11 November 2020   08:53 Diperbarui: 11 November 2020   08:58 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini mungkin kita sering membaca atau bahkan mendengar kata "privilege" serta kalimat "keadilan bagi seluruh rakyat goodlooking" yang mana sering kali ramai diperbincangkan oleh setiap orang melalui media sosial mereka. Masih banyak masyarakat yang menilai bahwa goodlooking merupakan suatu keistimewaan sehingga timbul pertanyaan apakah benar hanya orang-orang dengan visual goodlooking yang mendapat keadilan? Atau justru kita lah yang membuat keadilan hanya untuk orang-orang yang goodloking saja.

 Tentu saja hal tersebut sangat tidak sesuai dengan makna keadilan yang tercantum dalam sila kelima pancasila. Jika seseorang mulai mengubah satu saja nilai dalam pancasila menjadi makna yang lain hingga makna yang salah tersebut sudah biasa kita gunakan berulang-ulang saat kita berhadapan pada situasi yang menyangkut tentang keadilan, kemudian seketika muncul pemikiran dalam diri kita bahwa keadilan itu memang hanya untuk orang-orang dengan wajah goodlooking saja, mungkin kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri bahwa keadilan yang selama ini kita lihat apakah hanya untuk sebatas orang yang goodlooking saja atau kita yang tidak mau melihat dari sudut pandang lain bahwa sebenarnya semua manusia mendapat rasa keadilan yang sesuai dengan apa yang dia upayakan.

Saat kita menggunakan media sosial mungkin tanpa kita sadari bahwa kita yang membuat sebuah standar bahwa hanya orang goodlooking yang mendapat keadilan karena saat orang tersebut melakukan suatu kesalahan, masih terdapat orang yang menganggap suatu hal yang salah tadi seolah-olah benar sehingga masyarakat sendiri yang sebenaarnya keliru dengan menganggap kesalahan tersebut menjadi suatu hal yang dapat dimaklumi. Sejak kecil kita diajarkan bahwa sila kelima pancasila adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia lalu makna tersebut berubah seiring berjalannya waktu, berubahnya makna tersebut apakah seketika langsung berubah sendiri tanpa manusia yang mengubahnya? Jawabannya adalah manusia sendiri yang mengubahnya menjadi hanya orang tertentu saja yang mendapat keadilan.

Masyarakat yang mengatakan keadilan hanya untuk orang goodlooking mungkin tidak sadar bahwa mereka juga tidak sengaja berperilaku membeda-bedakan orang yang berpatokan dengan wajahnya saja, yang mana perilaku tersebut bisa saja memicu konflik dalam masyarakat melalui media sosial yang mereka gunakan. Timbulnya masalah dari hal seperti itu membuat makna dari sila ketiga pancasila yaitu Persatuan Indonesia menjadi tidak mempunyai makna. Mungkin masalah tersebut terlihat sepele, tetapi jika perilaku kita tidak berubah ke arah yang lebih baik terdapat kemungkinan bahwa masalah tadi bisa menjadi faktor pemecah belah bangsa.

Makna dari keadilan  memang sangat luas dan sulit untuk setiap orang merasa adil, masalah kita diperlakukan tidak adil dan menganggap diri kita tidak berarti hanya karena orang lain mempunyai privilege membuat salah satu nilai dari pancasila pada sila kelima mulai luntur dalam diri kita. Bukankah yang membuat rasa adil dapat terwujud adalah dari manusia itu sendiri, seharusnya kita tidak membebani diri kita dengan hanya melihat kelebihan atau keistimewaan orang lain saja. Namun, kita harus berintrospeksi pada diri sendiri bahwa kita tanpa mempunyai privilege bisa meraih apa yang kita impikan sehingga kita bisa meraih keadilan dengan kemampuan dan ketekunan yang kita miliki. Kita harus buktikan bahwa kita mampu mengejar apa yang kita mau walaupun jalannya sedikit sulit, mungkin kita harus lebih keras dalam berusaha karena kita orang yang biasa-biasa saja, tetapi kita bisa memperoleh hasil yang sama dengan orang-orang di luar sana yang mempunyai privilege.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun