Mohon tunggu...
090_Muhamad Fakhri
090_Muhamad Fakhri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa semester 4 salah satu kampus terkenal di Malang,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keris Menyimpan Mitos?

16 Mei 2022   18:10 Diperbarui: 16 Mei 2022   18:15 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberadaan daya magis di zaman modern membuat kita memuntahkan barang atau pemikiran irrasional. Namun, pada kali ini saya akan membahas tentang sudut pandang magis dalam aspek pelestarian budaya Jawa. Daya magis sering kali diistilahkan sebagai daya isoteri keris pusaka. Penempatan aura mistis dan kemungkinan hal yang terjadi di masyarakat dulu, mungkin terbilang hal yang sangat mustahil untuk diilmiahkan. Sedangkan tulisan saya kali ini menepatkan sebuah fenomena budaya yang bagi sebagaian masyarakat dikategorikan dalam ranah mistis dan irrasional harus dijelaskan lewat teori-teori budaya yang ilmiah. Daya magis keris memang sulit dibuktikan dengan kasat mata namun yang dapat dibuktikan ialah reaksi masyarakat mulai dari takut, ngeri, khawatir, penasaran bahkan antipati. Reaksi-reaksi inilah yang nampak nyata dari daya magis keris.

Tidak diketahui pasti dari mana timbulnya rasa takut yang dapat mengarah ke hati. Namun, r

asa takut itulah yang terkadang membuat orang enggan mendekatinya. Daya magis inilah yang menimbulkan mitos-mitos sejarah yang berkembang di masyarakat seperti dari cerita-cerita pewayangan, kethoprak (babat tanah jawa) dan ludhruk (kisah khas jawa timur), 

dan tontonan televisi yang tidak luput dari daya magis yang dimiliki keris tertulis di sejarah bagaimana peran daya magis keris terhadap tokoh-tokoh revolusioner, dalam peran nya Pangeran Diponegoro yang sering disebut sebagai sang pangeran dari Tegal Rejo ini selalu membawa keris  yang ditempatkan di samping pinggulnya. 

Bila keris pusaka yang dinamai 'keris kyai carang mayit' ini mengeluarkan bau amis maka pasukan Pangeran Diponegoro akan lebih unggul. 

Namun, jika keris ini mengeluarkan bau melati maka pasukan Pangeran Diponegoro akan lebih banyak korban yang berjatuhan dipihak pasukan Jawa. Tokoh-tokoh pahlawan kemerdekaan tidak juga ketinggalan dengan kerisnya salah satu tokoh revolusioner di Surabaya yang membakar hangus arek-arek suroboyo dengan orasi dan pidatonya, dia adalah Bung Tomo dengan gayanya yang membawa keris yang dinamai 'manyengkelit' di mantel nya. 

Namun, dalam konteks keris yang dibawa Bung Tomo ini bukan untuk menakuti Belanda, sebagai artefak yang membuat pembawanya lebih kelihatan berani dan sangar dan lebih berwibawa. Dalam hitam putih itu terlihat jelas potret Bung Tomo dengan keris yang diselipkan di bagian pinggang nya.

Keris merupakan warisan budaya Nusantara dan Melayu. Sehingga keris bukan hanya identik pada budaya Jawa saja. Keris lazim saja digunakan oleh masyarakat Bugis, Riau dan Bali sebagai pelengkap pakaian adat mereka, lebih jauh juga keris ditemukan dalam kebudayan negara sekitar Asia Tenggara salah satunya Malaysia, Brunei, Filiphina Selatan, Singapura dan Thailand.

Keris umumnya digunakan sebagai senjata bersilat, lambang kedaulatan orang Melayu. Keris paling masyhur adalah keris Taming Sari yang merupakan senjata Hangtua, seorang pahlawan melayu yang terkenal di UNESCO.

Senjata ini dibagai menjadi dua bagian pertama yaitu, deder atau biasa disebut pegangan. Kedua, Warangka atau sarung, keris sering dikaitkan dengan kuasa mistik oleh Orang Jawa pada zaman dulu. Seiring berpindahnya kekuasaan kerajaan ke Jawa Timur seiring berkembangnya zaman, keris mengalami perubahan yang sangat segnifikan pada zaman kerajaan seperti kerajaan, Kahuripan, Jenggala, Daha dan Singosari. 

Keris-keris yang dihasilkan jauh lebih berkualitas dibanding pada masa Mataram Kuno

Mari kita kupas tuntas fenomena daya magis keris berangkat dari konsep wujud budaya yang disampaikan oleh Koentjaningrat bahwa wujud budaya dapat berupa gagasan atau ide (cultural knowledge), wujud peilaku (cultural behavior) dan wujud hasil prilaku (cultural artefact), Maka, keberadaan pusaka ini merupakan sebuah bentuk manifestasi atau perwujudan dari sebuah budaya.

Beberapa pengagem (pemilik) pusaka melakukan ritual sungguhan, seperti memberikan sesajen, membakar dupa dan menyuguhi kopi pahit, kopi manis maupun teh tawar dan teh manis. Kembang 3 rupa (telon). Pada Jumat Legi menurut penanggalan Jawa merupakan hari baik yang termasuk dalam hitungan hari angkoro kasih. 

Beberapa kasus prilaku pengagem keris sering dikatagorikan dengan perilaku menyimpang sebagaian kalangan seperti Agamawan, masyarakat alim tidak hanya sekerdar itu, mereka bahkan memberikan pernyataan bahwa perilaku para pengagem keris itu sesat. Namun, seperti definisi isoteri keris itu sendiri para peneliti masih menungkap adanya rasionalisasi dari keris itu sendiri.

Walaupun sekarang beum ada penelitian tentang daya magis keris atau sifat isoteri dari keris itu sendiri kita sebagai warga negara wajib menjaga pelestarian budaya keris ini yang telah diwariskan nenek moyang kita sebagai artefak indah dan arsitektur sebuah wilayah. 

Peninggalan-peninggalan ini tidak boleh dihilangkan begitu saja apa lagi dengan embel-embel Tokoh Agama yang berusaha meluruskan agama yang dianutnya, alangkah baik nya kita bisa bijaksana dalam hal budaya. Saya yakin, bahwasanya kemudian hari pasti anak cucu kita atau kita bisa mengungkap dengan ilmiah daya magis atau isoteri keris itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun