Mohon tunggu...
Silvia Indah kurniawati
Silvia Indah kurniawati Mohon Tunggu... Guru - 17160009

Mahasiswi pendidikan islam anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Sabar dalam Menghadapi Perangai Manusia

20 Oktober 2017   18:20 Diperbarui: 20 Oktober 2017   18:33 4526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: gambarupdate.com

Sholat itu membuat kita dapat banyak keajaiban dari Allah SWT, kemuliaan akhlak buat kita dapat banyak keajaiban dari manusia. Jadi kalau kita pengen dapet kejaiban dari Allah SWT, ingin Allah baik dan sayang sama kita.. itu SHOLAT. Kalau kita pengen melihat kejaiban dari manusia, tiba-tiba banyak orang yang ngebantu kita, tiba-tiba musuh bisa jadi sahabat setia. Musuh bisa jadi sahabat setia itu lewat apa? Bukan lewat ancaman. 

Ancaman itu gak mengubah musuh menjadi sahabat, tetapi hanya mengubah musuh menjadi takut. Tetapi kalau akhlak mulia jangankan teman, musuh aja bisa jadi orang yang paling setia kepada kita. Jadi kalau kita pengen dapat dua keajaiban, keajaiban dari langit dan keajaiban dari bumi, keajaiban dari langit dijemput dengan sholat dan keajaiban dari bumi dijemput dengan akhlak yang  mulia. 

Maka jaga akhlak kita, dan salah satu akhlak mulia yang paling luar biasa puncak dari segala akhlak mulia itu adalah, sabar. Belajarlah sabar meghadapi perangai manusia. Belajar sabar menghadapi berbagai macam model manusia. Belajar sabar terhadap gangguan orang lain. Apa kata Nabi, "mukmin yang bergal dengan banyak orang lalu bersabar atas gangguan mereka itu lebih baik daripada mukmin yang gak mau bergaul dan tidak sabar dengan gangguan manusia". 

Sabar dengan gangguan manusia, kalau perlu kita belajar sabarnya justru dari orang yang suka njengkelin kita. Seperti Ali bin Abi Thalib, pernah suatu hari ketika beliau sudah jadi presiden atau khalifah suatu hari beliau memanggil pembantunya, jadi ada pembantu dirumahnya. Beliau panggil dia "ya fulan.." tapi tidak ada suara hingga dipanggilnya berkali-kali namun tetap tidak ada jawaban. 

Kemudian beliau mencari-cari si fulan, dan ternyata ia sedang berada di kamarnya sedang berbaring sambil mengangkat kedua kakinya, jadi seperti orang bersiul santai dikamarnya padahal Ali dari tadi memanggil-manggil namanya, kata Ali "ya fulan kamu tidak dengar suara saya memanggil..?", "denger" kata si fulan. Lalu Ali menjawab "terus kenapa kamu tidak menjawab?", si fulan menjawab lagi "sengaja.. pengen tau saja, marah atau tidak". Seandaikan kita mempunyai pembantu yang seperti itu apa yang akan kita lakukan? Kita pasti langsung memecatnya dan menyuruhnya keluar dari rumah. 

Namun apa yang dilakukan Ali bin Abi Thalib? Beliau sama sekali tidak marah, beliau langsung tersenyum kemudian keluar sambil tertawa dan dilihat oleh pengawal-pengawal dan pejabatnya, lalu mereka bertanya "ya amirul mu'minin kenapa engkau ketawa?", kata Ali "itu pembantu saya.." diceritakanlah kisahnya, tetapi justru pengawal dan pejabatnya Ali yang marah lalu mereka bilang "ya amirul mu'minin, biar kami marahi dia atau ganti saja pembantu itu dengan pembantu yang lain, lagi pula kami punya banyak stok pembantu yang lain yang akan siap untuk bekerja dirumah ini", kata Ali "jangan, justru aku sedang belajar sabar dari orang itu". 

Jadi kalau kita menemukan orang yang menjengkelkan seperti itu berarti itu guru sabar kita. Bukan ustadz yang mengajari kita sabar, ustadz hanya mengajarkan teori sabar, yang mengajarkan praktek sabar adalah orang-orang yang berperilaku jahiliyah di depan kita, itulah yang mengajarkan kita praktek sabar yang sesungguhnya.  Sabar itu kalau kata ulama adalah ibunya akhlak mulia, jadi kalau kita mau akhlak mulia apapun mulainya dari sabar. Kalau kita tidak memiliki sifat sabar, kita kehilangan sebagian besar dari karakter dan akhlak-akhlak mulia. Maka mari kita mulai semuanya dengan sabar, insyallah yang musuh pun akan menjadi sahabat setia kita. Kesabaran itu adalah cara bagi Allah untuk menolong kita. Akhlaknya adalah sabar dan, ibadahnya adalah shalat.

Ust. Hanan Attaki, LC

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun